Tertantang dengan Krisis Moneter
Hobilah yang mengubah arah usaha utama pria ini. Mengalami krisis moneter 1998 ia menyaksikan para petani sapi perah di kawasannya tidak mendapat perhatian pemerintah sehingga mengalami kesulitan usaha.
Merasa tertantang dengan kondisi itu ia mendirikan pabrik konsentrat untuk mendukung para petani tersebut. Ia juga mulai berpikir untuk menampung produksi susu para perternak sapi perah itu.
Baca: 49 Tahapan Belajar Bisnis Sampai Sukses
Sampai akhirnya ia nekat mendirikan pabrik keju gouda agar susu itu bisa diolah.
Pertimbangan kala itu adalah produk keju sulit ditiru. Bahkan Rachmantio mendatangkan tenaga ahli langsung dari Belanda untuk memberikan latihan kepada 11 karyawannya. Di tahun 2002, produksi keju gouda mulai dengan merek Natura. Pada tahun 2014 merek itu diubah menjadi Baros sampai sekarang.
Sebelum mencapai posisinya sekarang, tugas Rachmantio adalah menjual keju. Hal itu karena orang Indonesia sudah terbiasa dengan satu brand keju olahan yang mengandung keju murni sekitar 2 sampai 6%. Inilah kesulitan untuk membesarkan brand bisnisnya. Ia perlu waktu 10 tahun.
Kini Rachmantio menikmati hasil kerja kerasnya. Dengan kapasitas pasteurisasi susu mencapai 3000 liter per jam, PT Bukit Baros sanggup membuat 3 ton keju dalam 10 jam.
Baca: Keju Terbuat dari Apa
Keju Lokal Indonesia Kualitas Impor
Itulah kisah sukses keju lokal Indonesia. Adalah Rachmantio yang telah bekerja keras untuk membesarkan keju gouda. Perjuangannya tentu menjadi inspirasi sukses yang bisa dipelajari oleh kita semua.