Memulai Bisnis Tanpa Modal
Ia mengatakan jika ia memulai bisnis lobster dapat dikatakan tanpa modal. Usaha ini diawali karena kesukaan memancing yang mendorongnya sampai memancing ke Samudera Hindia. Di sana ia berkenalan dengan banyak nelayan. Di sana pula ia menyadari ada lobster berbagai ukuran hasil tangkapan nelayan.
Para nelayan menjelaskan bahwa ada ketentuan pemerintah dalam menangkap lobster. Lobster ukuran kecil tidak boleh ditangkap. Harus lobster berbobot dua ons yang boleh ditangkap dan dijual ke pengepul.
Lobster kecil yang kerap terjaring dianggap sampah oleh nelayan karena jika dilepas kembali ke laut sebanyak 75% akan mati. Setiawan mulai melihat peluang atas kondisi itu. Cukup banyak lobster kecil dibawa pulang untuk lauk keluarganya. Sampai suatu saat terbesit ide untuk menjualnya di pasar lokal, bukan untuk ekspor.
Ia pun memutuskan membawa lobster ke Yogyakarta namun sampai disana ia bingung mau melakukan apa. Ia pun teringat materi pembelajaran dari Mandiri Sahabatku untuk berpikir diluar kebiasaan (out of the box).
Ia terpikir untuk melakukan branding bahwa lobster itu bukan udang. Hal ini dilakukan dengan mengenalkan sate lobster. Sate lobster ukuran kecil dijual Rp 5 ribu di sebuah angkringan malioboro. Respon konsumen akan hal itu sangat positif. Banyak konsumen melakukan selfie untuk diunggah ke media sosial. Tren yang selalu positif menggugah Setiawan untuk membuat brand bisnis Mr Lobs.
Kisah sukses mantan TKI jadi pengusaha Lobster pun berlanjut dengan mengenalkan beberapa paket lobster. Sebuah porsi berisi dua lobster kecil, nasi dan kerrang dihargai Rp 15 ribu sampai Rp 20ribu. Untuk paket seafood harganya mulai Rp50ribu sampai Rp200ribu.
Lobster Harga Terjangkau Jadi Daya Tarik
Bermula dari hal itulah, ia mulai menawarkan lobster harga murah. Paketnya pun berkembang mulai dari Rp 15ribu sampai Rp700ribu ada sesuai kemauan konsumen. Bahkan ia memproduksi lobster kalengan tanpa pengawet yang tahan sampai 1 tahun. (Ilustrasi: Antaranews)