#4 Eka Tjipta Widjaja dan keluarga
Grup Sinar Mas merupakan perusahaan Indonesia yang telah menjadi perusahaan sektor kertas dan bubur kertas, minyak sawit, keuangan dan properti besar di Indonesia. Kesuksesan Eka Tjipta Widjaja bersama Sinar Mas Grup telah membuatnya merangsek ke papan atas orang terkaya Indonesia. Meskipun demikian tidak banyak yang tahu bahwa perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Dimulai dengan masa kecil yang tidak mudah, beberapa kegagalan, kebangkrutan sebelum pada akhirnya berhasil meraih posisinya saat ini.
Jatuh Bangun Merintis Usaha
Lahir pada tahun 1923, Eka Tjipta Widjaja atau Oei Ek Tjhong pindah dari China ke Makassar, Indonesia saat berusia 9 tahun. Pada waktu itu, keluarganya hanya berbekal $5 dan memiliki hutang $150 yang harus dilunasi. Sang ayah berhasil membuka toko kecil dan mencicil hutang hingga lunas dan akhirnya Eka kecil waktu itu sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar. Lulus sekolah Eka membantu orang tuanya mengurus toko dan menjual beragam produk seperti permen, kue, dan gula dari pintu rumah satu ke pintu rumah lainnya. Usaha tokonya mulai diperluas melalui kerjasama dengan beberapa supplier makanan hingga keuntungan pun mulai bertambah. Cobaan kembali datang saat masa penjajahan Jepang di Indonesia yang membuat usaha tokonya tutup.
Ia kemudian melihat peluang usaha dengan menjual makanan kepada tentara Jepang dan menjadi supplier tepung, anggur beras dan beras dari tawanan Belanda untuk memenuhi kebutuhan konsumen lokal waktu itu. Usahanya mulai dikembangkan melalui sektor konstruksi dengan membuat ukiran batu untuk orang kaya waktu itu, menjual minyak kelapa, gula dan jajanan tradisional. Seiring jalannya waktu, kebangkrutan menghampiri usahanya sekitar tahun 1950-an saat peristiwa PERMESTA terjadi.
Awal Kesuksesan
Rangkaian sukses mulai diraih pada tahun 80-an saat ia membeli kebun sawit di Riau sekaligus pabrik pengolahan dan gudang penyimpanannya dengan kapasitas 60.000 ton. Saat itu nama usaha Sinar Mas mulai digunakan. Usahanya tumbuh dengan pesat. Hanya butuh 1 tahun untuk dirinya membeli kebun teh dan pabrik untuk bisnis di sektor lainnya. Dengan keuntungan yang diraihnya, ia memperluas usaha dengan membeli Bank International Indonesia yang saat itu baru memiliki 2 kantor cabang dan asset Rp 13 milyar.
Dari bank, perluasan usaha kembali berlanjut ke sektor kertas dan bubur kertas dengan membeli PT Indah Kiat. Puncaknya, pengusaha sukses Indonesia ini membeli properti prestisius ITC Mangga Dua dan Green View Apartment di Jakarta.