Melihat Denyut Nadi Pasar E-Wallet
Menurut Juniper Research, pada akhir 2019, hampir 2,1 miliar konsumen di seluruh dunia akan menggunakan e-wallet untuk melakukan pembayaran atau mengirim uang. Selain itu, menurut yStats, lebih dari dua pertiga pengguna e-wallet tinggal di wilayah Asia-Pasifik. Selain menjadi pengguna e-wallet yang paling banyak, pelanggan yang berlokasi di wilayah Asia-Pasifik juga yang paling aktif – karena penetrasi smartphone yang tinggi. Di seluruh Asia, kita dapat mengamati kemunculan atau perluasan pemain seperti Alipay, WeChat Pay, Paytm, PhonePe, LINE Pay, Pay Rakuten Pay, GO-PAY, dan lainnya.
Baca: Ecommerce Bukan Penyebab Bankrutnya Bisnis Ritel
Pembayaran mobile digunakan setiap hari oleh jutaan orang di seluruh Eropa, dan ada banyak pilihan bagi konsumen Eropa – didukung oleh bank, fintech, Big Techs, dan pedagang. Di sini, selain merek global, seperti Apple Pay, Google Pay, dan Samsung Pay, ada banyak inisiatif lokal, termasuk Payconiq (Jerman, Belgia, Belanda), Payback (Jerman), Paylib dan Lyf Pay (Prancis), Pingit (the Inggris), Vipps (Norwegia), Swish (Swedia), MobilePay (Denmark, Finlandia), dan OK (Belanda) – dan dengan menjalin kemitraan dengan rantai ritel, e-wallet lokal dapat menawarkan nilai ekstra kepada klien (mis. OK bermitra dengan Pengecer Belanda; Lyf Pay bekerja sama dengan Carrefour).
Di LATAM, ada tiga jenis utama e-wallet: dompet ponsel tanpa kontak seperti Apple Pay, dompet e-commerce seperti Visa Checkout atau Amazon Cash, dan dompet nilai tersimpan yang memungkinkan pengguna untuk ‘menambah’ akun ponsel uang akun ponsel mereka. Berkat keamanan dan layanan bernilai tambah (mis. Pengiriman pengembalian gratis) yang menghubungkan dompet ke lingkungan yang lebih besar untuk e-niaga, PayPal telah cukup berhasil di LATAM.