“Sistem ini beda dengan detector pellet”, ungkap Sovegjarto, yang mengamati jumlah pellet ikan tersisa di air.
“Ketika Anda tidak melihat ada pellet, Anda tidak dapat yakin apakah itu karena ikan sudah kenyang atau Anda melihat di tempat yang salah akibat arus air”.
“Menggunakan data audio dari kandang salmon lebih akurat dan menyelamatkan peternakan ikan Norwegia senilai 1 milyar krone setahun untuk sisa pakan ikan yang terbuang, yakin Mr Sovegjarto. Teknologi ini dikembangkan berkat bantuan Ole Folkedal di Institut Penelitian Laut di Bergen. Salmon telah diamati dalam hal pola makannya termasuk data lainnya seperti suhu air dan tingkat oksigen. Hal itu memberikan peneliti dan petani pandangan baru dalam faktor yang mempengaruhi seberapa banyak ikan ingin makan.
“Anda akan memiliki banyak variasi dalam hal berapa banyak pakan harus diberikan setiap hari” ujar Folkedal.
Dia menambahkan jika datanya dapat digunakan untuk otomatisasi proses makan dimana manusia hanya perlu mengawasi prosesnya.
Bangkitnya AI seperti ini, yang membuat keputusan pemberian makan harus jalan atau berhenti, dibuat untuk membuat perubahan besar dalam industri ternak salmon yang menguntungkan.
Sebenarnya ada pendekatan teknologi tinggi lainnya dalam otomatisasi pengawasan salmon juga.
Contohnya adalah Aguabyte, sebuah perusahaan rintisan yang berhasil dapatkan suntikan dana $3,5 juta untuk sebuah sistem yang memperbaiki penggunaan data pengawasan video.
Banyak pertanian ikan modern sudah menggunakan kamera video untuk mengawasi salmon dalam kandangnya, ungkap pendiri Aguabyte, Bryton Shang.
“ Mereka menempelkan CCTV pada pena dan diawasi oleh pengendali memperhatikan ikan dan memutuskan seberapa banyak pakan harus diberikan.
“Gambar diambil dari CCTV dan menggunakan algoritma komputer”.