#13 Putra Sampoerna
Putera Sampoerna meraih usahanya sebagai pewaris perusahaan rokok PT HM sampoerna Tbk, salah satu perusahaan tembakau terbesar Indonesia. Lahir menjadi orang kaya, Putra mengenyam pendidikan di luar negeri sejak usia muda mulai dari Hong Kong sampai Amerika serikat. Ia mengendalikan perusahaan mulai tahun 1978 sampai 2000 setelah pada akhirnya ia digantikan anaknya Michael Sampoerna. Tahun 2005 Putra menjual perusahaan kepada Philip Morris seharga $5,4 milyar.
Perubahan Bisnis Keluarga Sampoerna
Setelah penjualan PT HM sampoerna, keluarga ini mendirikan Sampoerna Strategic Group yang mewakili perubahan bisnis sampoerna setelah mundur dari bisnis tembakau. Grup bisnis ini memiliki lini usaha di bidang pertanian, keuangan, properti, industry timah dan telekomunikasi.
Tetap mempertahankan filosofi sampoerna, Grup usaha baru tersebut mengembangkan prinsip Anggarda Paramita (untuk kesempurnaan) sebagai gaya hidupnya. Ini merupakan pencarian tiada akhir untuk kesempurnaan yang diterapkan ke semua aspek bisnis. Grup ini memiliki filosofi 3 Tangan yang menggambarkan harmoniassi hubungan antara perusahaan, rekan usaha dan masyarakat.
Institusi Bisnis Sosial Pertama di Indonesia
Tahun 2001, Putra mendirikan Puteran sampoerna Foundation, sebuah organisasi nirlaba didedikasikan untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan di Indonesia. Salah satu tujuan utama dari yayasan ini adalah untuk merubah pola piker dari “mencari keuntungan” menjadi “kepedulian untuk membantu masyarakat luas”.
Putera memperkenalkan konsep bisnis sosial di Indonesia pada saat hal ini masih tergolong baru. Banyak orang mengenal konsep “kegiatan sosial” yang membantu masyarakat luas melalui berbagai program sosial. Sebagai upaya untuk menjamin kelanjutan program ini, Putera yakin bahwa fokusnya harus untuk membantu masyakat luas sehingga konsentrasi tenaga dan sumber daya akan ditujukan untuk meraih tujuan itu dengan mengembangkan program berkelanjutan agar masyarakat sanggup berdiri sendiri secara jangka panjang.