Indonesia punya rencana serius untuk memposisikan diri sebagai pemain penting sebagai produsen mobil listrik dunia. Impian itu ditarget untuk diraih dalam periode 2019-2024. Target ini menjadi penting karena orientasi produksi mobil listrik bukan sekedar untuk konsumsi dalam negeri melainkan juga untuk tujuan ekspor.
Target itu memang punya modal dasar yang kuat, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia (nikel merupakan bahan utama baterai lithium. Baterai ini sumber energi mobil listrik). Persiapan sudah terarah pada hilirisasi komoditas nikel untuk produksi baterai lithium.
Langkah Persiapan Produksi Mobil Listrik
Sebagai impian negara, tentu kehadiran negara penting dalam mengawal persiapan produksi kendaraan ini. Sebuah peta jalan (roadmap) pemerintah akan memberikan ketegasan dan arah tujuan industri mobil Indonesia menatap persaingan global.
Kendala mendasar yang dihadapi Indonesia adalah teknologi pembuatan baterai untuk mobil listrik.
Eropa, Jepang dan Amerika mungkin sudah lebih berpengalaman dalam hal ini, karenanya perlu langkah kebijakan untuk kerjasama investasi yang mengarah pada pembuatan katoda (cathode).
Apa Katoda itu? ini penjelasan dimana posisi katoda pada baterai lithium mobil listrik dari BASF
Kebutuhan Investor Mobil Listrik
Kekhawatiran produsen mobil listrik yang mendasar adalah pasokan low grade nikel. Investor akan merasa tenang jika ada jaminan pasokan bahan baku materai lithium kendaraan listrik ini.
Investor utama yang potensial untuk kerjasama investasi merupakan pemain lama dalam industri global ini seperti VW, Tesla, Toyota, Hyundai, LG dan Panasonic.
Tantangan Produksi Mobil Listrik untuk Tujuan Ekspor
Tantangan jelas ada untuk target seperti ini. Beberapa diantaranya seperti:
Impor Komponen Mobil Listrik
Indonesia perlu memberikan izin impor komponen mobil listrik. Pemberian izin impor juga perlu mempertimbangkan jangka waktu dan tujuannya.
Ada baiknya izin impor diberikan untuk sementara kepada investor dan hanya untuk tujuan pembangunannya semata. Dampaknya adalah perlu ada kontrol atas kuota impor tersebut.
Rantai Pasok Global Produk Mobil Listrik
Global Economic Risks and Implications dari World Bank mengungkap jika Indonesia tidak menjadi bagian dari rantai pasok global. Karenanya akan sulit jika Indonesia ingin menjadi eksportir mobil listrik.
Indonesia membutuhkan integrasi ke beberapa negara untuk rantai pasok global. Menurut riset World Bank ini, integrasi itu belum ada.
Kendala integrasi rantai pasok global itu seperti mahalnya impor bahan baku produksi mobil listrik untuk tujuan ekspor. Proses itu juga memakan waktu lama dan butuh diskresi non tarif yang mudah diukur.
Biaya Logistik Masih Tinggi
Limitasi Penanaman Modal Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) yang berbenturan dengan Peraturan Daftar Negatif Investasi (DNI) menyebabkan tingginya biaya logistik dan kelistrikan untuk produksi mobil listrik. Kondisi itu yang sudah berhasil di atasi oleh negara tetangga Indonesia untuk berkompetisi dalam produksi mobil listrik di kancah global.