Sepertinya memang tidak perlu diragukan seberapa besar peran industri manufaktur itu untuk perekonomian negara khususnya Indonesia. Paling tidak ada 3 tolak ukur untuk menggambarkan peran sektor itu. Pertama yaitu membentuk Produk Domestik Bruto, Kedua menyerap tenaga kerja dan ketiga meningkatkan ekspor.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap jika industri manufaktur merupakan penyumbang utama pada PDB nasional mengalahkan sektor pertanian. Tahun 2017, industri bidang pengolahan punya peran sampai 20,16% pada PDB. Mengacu di beberapa jenis sektor usaha, industri pengolahan mejadi satu-satunya yang dapat berkontribusi sampai satu perlima dari PDB. Bidang pertanian dan perdagangan berbagi saling menyumbang 13%.
Yang menjadi perhatian adalah peran itu jumlahnya menurun menurut tren tahunan. Tahun 2010, sektor manufaktur menyumbang 22,04%, turun menjadi 21,76% tahun 2011. Dalam kurun waktu tiga tahun lanjutannya masing-masing muali dari 21,45% kemudian 21,03% dan 21,08%. Mulai 2015 sampai 2017 semakin turun masing-masing 20,99%, 20,51% dan 20,16%.
Melihat pertumbuhannya, rata-rata perkembangan manufaktur ada di bawah pertumbuhan ekonomi. Itu sebabnya menjadi wajar jika pertumbuhan ekonomi tingkat nasional belum dapat beranjak dari 5% diikuti kekuatan untuk menyerap tenaga kerja yang masih lemah.
Jika dirata-rata pertumbuhan manufaktur periode 2011 sampai 2017 besarnya 4,82%. Pertambahan rata-rata PDB adalah 5,39%. Untungnya adalah industri non migas masih tinggi pertumbuhannya dengan rata-rata sampai 5,69% per tahun. Meskipun begitu hanya terkelompok pada 5 sektor yaitu berbasis konsumen (makanan dan minuman), kimia, farmasi, obat tradisional.
Perhatian selanjutnya, turunnya peran industri manufaktur pada PDB dan pertumbuhan itu dibawah pertumbuhan ekonomi sehingga kurang kondusif untuk menyerap tenaga kerja. Sampai Agustus 2017, sektor industri mempekerjakan 17 juta tenaga kerja atau sebesar 14,05% dari keseluruhan penyerapan tenaga kerja yang terbesar nomor empat setelah pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Jika sektor manufaktur dapat lebih cepat tumbuhnya, penyerapan tenaga kerja diyakini akan terserap lebih besar lagi.
Perhatian ketiga adalah peran industri manufaktur terhadap ekspor. Jika membandingkan kinerja negara lain misalkan India (55%), Malaysia 62%) Thailand dan Vietnam (73%) maka untuk Indonesia sebesar 40%.