Paraben adalah kelompok bahan kimia yang banyak digunakan sebagai pengawet buatan dalam produk kosmetik dan perawatan tubuh sejak tahun 1920-an. Karena kosmetik mengandung bahan yang dapat terurai, bahan kimia ini ditambahkan untuk mencegah dan mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur berbahaya, sehingga meningkatkan daya simpan produk.
Kekhawatiran mulai muncul setelah studi ilmiah menunjukkan paraben dapat mengganggu hormon dalam tubuh dan membahayakan kesuburan dan organ reproduksi, mempengaruhi hasil kelahiran, dan meningkatkan risiko kanker. Paraben juga dapat menyebabkan iritasi kulit.
Mempertimbangkan dampak buruknya, paraben dengan unsur kimia rantai panjang (isobutil-, butil-, isopropil- dan propilparaben) tidak boleh digunakan dalam perawatan pribadi atau produk kosmetik. Selanjutnya, produk dapat dibuat tanpa bahan kimia ini.
Produk Apa yang Mengandung Paraben?
Paraben digunakan dalam berbagai macam produk bilas, terutama yang memiliki kandungan air tinggi, seperti sampo dan kondisioner, yang digunakan orang setiap hari. Sifat antimikroba mereka paling efektif melawan jamur dan bakteri.
Pelembap, pembersih wajah dan kulit, tabir surya, deodoran, gel cukur, pasta gigi, makeup, dan banyak produk lainnya mengandung paraben. Mereka diserap ke dalam tubuh melalui kulit, dimetabolisme dan diekskresikan dalam urin dan empedu.
Produk perawatan pribadi adalah penyumbang terbesar paparan paraben, seperti yang terlihat pada penelitian yang membandingkan kadar paraben dalam tubuh wanita, pria, remaja dan anak-anak yang rutin menggunakan kosmetik dan yang tidak.
Remaja putri yang memakai riasan setiap hari memiliki kadar propilparaben 20 kali lipat dalam urinnya dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah atau jarang memakai riasan. Penggunaan lotion tubuh dan wajah, produk rambut, tabir surya, dan riasan semuanya telah menjadi prediktor dan berkorelasi dengan peningkatan kadar paraben dalam urin yang signifikan.
Penggunaan Paraben Lainnya
Anda juga dapat terpapar paraben dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak hanya mengandung paraben tetapi juga diawetkan. Pada 1970-an, propilparaben ditetapkan sebagai “paraben aman” untuk tambahan makanan hingga 0,1 persen. Tetapi label keamanan ini sudah ketinggalan zaman, mengingat penelitian terbaru menunjukkan efek kesehatan yang terkait dengan paraben.
Jenis Paraben
Kosmetik biasanya mengandung campuran berbagai jenis paraben. Enam jenis yang paling umum digunakan adalah metil-, etil-, propil-, isopropil-, butil- dan isobutilparaben. Paraben unsur kimia rantai pendek, metil- dan etil-, biasanya digunakan dalam kombinasi, sedangkan butilparaben sering digunakan sendiri. Paraben rantai panjang, propil- dan butil-, terkait dengan aktivitas estrogenik yang lebih kuat. Struktur bercabang telah terbukti meningkatkan aktivitas estrogenik serta potensi sensitisasi.
Efek Kesehatan Paraben
Gangguan endokrin dan kerusakan reproduksi
Paraben dapat bertindak seperti hormon estrogen dalam tubuh dan mengganggu fungsi normal sistem hormon yang mempengaruhi fungsi sistem reproduksi pria dan wanita, perkembangan reproduksi, kesuburan dan hasil kelahiran. Paraben juga dapat mengganggu produksi hormon.
Studi ilmiah tahun 2002, 2011 dan 2010, telah melaporkan aktivitas estrogenik paraben. Potensi estrogenik meningkat dengan paraben rantai panjang (penelitian tahun 2000 dan tahun 2010) dan rantai samping bercabang juga meningkatkan aktivitas estrogenik, seperti yang diamati dalam studi.
Dalam penelitian tahun 2010 pada hewan, propil-, isopropil- dan isobutilparaben mengganggu sinyal hormon, dan paparan semua paraben dan butilparaben ini merusak perkembangan reproduksi wanita. Dalam penelitian hewan lain, paparan perkembangan butylparaben merusak reproduksi pria dengan menurunkan produksi sperma dan menurunkan kadar testosteron (penelitian tahun 2014). Penelitian tahun 2016 menemukan paparan butylparaben selama perkembangan pada tikus membahayakan sistem reproduksi wanita dan pria. Jumlah sperma menurun pada dosis sangat rendah hanya 10 mg/kg berat badan per hari.
Dalam studi manusia, peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan penurunan kesuburan dikaitkan dengan propilparaben urin (penelitian tahun 2013). Studi manusia lainnya menghubungkan butylparaben dan kadar paraben urin total dengan penurunan kesuburan, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan panjang siklus menstruasi (penelitian tahun 2016). Kadar butilparaben dalam urin ibu dan kadar dalam darah tali pusat dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan kelahiran prematur dan penurunan berat badan lahir (penelitian tahun 2017).
Gangguan endokrin dan kanker
Para ilmuwan prihatin tentang paparan estrogen lingkungan dan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada risiko kanker, terutama kanker payudara pada wanita. Propylparaben dapat mengubah ekspresi gen, termasuk pada sel kanker payudara (penelitian tahun 2014), dan mempercepat pertumbuhan sel kanker payudara (penelitian tahun 2001). Sebuah studi University of California-Berkeley baru-baru ini menemukan bahwa butylparaben dosis rendah, yang sebelumnya tidak dianggap berbahaya, bekerja bersama dengan reseptor sel lain untuk mengaktifkan gen kanker dan meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara (penelitian tahun 2016).
Baca: Daging Olahan Sebabkan Kanker?
Iritasi kulit
Kulit dapat menjadi peka terhadap produk yang mengandung paraben, yang menyebabkan iritasi (penelitian tahun 2006). Potensi sensitisasi telah terbukti terkait dengan panjang rantai samping paraben (penelitian tahun 2015).