GoPro sukses menjual kamera disaat para senior sekaligus pesaing mereka mengalami kegagalan. Ini dikarenakan GoPro menemukan keuntungan dari perubahan selera konsumen. Untuk kebanyakan orang, smartphone sekarang cukup bagus untuk mengganti gadget yang sifatnya praktis. Tidak ada alasan harus membawa kamera yang besar ukurannya jika iPhone yang dapat masuk saku atau Samsung Galaxy dapat mengabadikan perjalanan keluarga ke kebun binatang dengan kualitas jernih. Kondisi ini membuat orang meninggalkan Canon, Nikon dan brand lain yang menjadi perhatian sekelompok kecil pelaku hobi fotografi dan fotografer professional. Ini menciderai divisi sales produsen kamera.
GoPro di sisi lain, telah menempatkan dirinya sebagai brand “kamera aksi”. Sebuah gadget mungil dengan lensa ultra wide yang dapat ditempelkan ke helm, tangan (dengan handle bar) untuk pendaki gunung, para bikers dan penggemar panjat tebing untuk melakukan selfie sebagai update Facebook/Instagram mereka.
Sejak diluncurkannya GoPro HERO, perusahaan kamera menjualnya dengan kisaran harga Rp1,5 jutaan sampai Rp 8 jutaan. Semakin mencuri perhatian dengan resolusi video 4K ultra high, komunikasi wifi untuk upload ke smartphone dan sebagainya. Tren produk barunya bahkan semakin mengecilkan ukuran kamera.
Baca: Haruskah Beli Redmi 5A?
Kamera GoPro tetap memikat hati konsumen karena mereka menawarkan sesuatu yang tidak ada di smartphone Anda. Tentu saja Anda tetap dapat mengandalkan iPhone yang berharga dikaitkan ke helm saat bersepeda turun gunung. Namun, apakah Anda benar-benar ingin melakukan seperti itu? Itu sebabnya, untuk kebanyakan orang, GoPro tidak sekedar kamera mandiri yang layak dibeli sekarang ini. Untuk aktivitas lainnya, ada smartphone di saku Anda. Sudah paham kan kenapa harus beli gopro?