Pasar sepertinya sudah banyak belajar dari kasus krisis finansial sebelumnya dengan skenario klasik. Hutang negara dalam jumlah besar berujung krisis, mata uang hancur dan sentiment negatif menyebar seperti virus.
Untuk kasus Turki, alur cerita sedikit berbeda. Kebanyakan krisis hutang umumnya melibatkan pinjaman pemerintah. Turki lebih pada sektor korporat. Ini yang membuat mekanisme bailout semakin kompleks sehingga meningkatkan ketakutan ekonomi.
Bagaimana mungkin sebuah negara dimana pangsa pasar modalnya diperdagangnya di Istanbul Stock Exchange lebih kecil dibandingkan pangsa pasar Netflix punya efek menghancurkan seperti itu? Ini merupakan sebuah efek langsung dan tidak langsung.
Ada beberapa negara yang masuk kategori emerging market dengan mata uang relatif lemah dan sangat bergantung pada pembiayaan eksternal. Ketakutannya adalah apa yang terjadi di Turki tidak akan lama berdiam diri di Turki. Krisis ini ditakutkan akan menyebar ke Kawasan dan global.
Darurat hutang di Yunani, Siprus, Italia dan negara euro lainnya, belum termasuk Argentina, Malaysia dan mungkin juga Pakistan memiliki penyebaran global yang terbatas.
Investor sendiri khawatir menanti negara mana yang akan memicu kehancuran finansial lanjutan dari jalur krisis tahun 1997 di Asia.
Apa Yang Terjadi dengan Krisis Turki?
Selain fator eksternal seperti tekanan dari Amerika atas sikap Turki menangkap Pastor Amerika, Andrew Brunson melalui niatan Donald Trump menerapkan kenaikan tarif atas impor barang Turki ke AS berdampak signifikan pada mata uang Lira.