Ada banyak alasan mengapa orang mendapatkan lemak perut, termasuk pola makan yang buruk, kurang olahraga, dan stres. Meningkatkan nutrisi, meningkatkan aktivitas, mengurangi stres, dan membuat perubahan gaya hidup lainnya semua dapat membantu orang kehilangan lemak perut yang tidak diinginkan.
Lemak perut mengacu pada lemak di sekitar perut.
Ada dua jenis lemak perut:
- Visceral: Lemak ini mengelilingi organ seseorang.
- Subkutan: Ini adalah lemak yang berada di bawah kulit.
Komplikasi kesehatan dari lemak visceral lebih berbahaya daripada memiliki lemak subkutan. Orang-orang dapat membuat banyak perubahan gaya hidup dan pola makan untuk menghilangkan lemak perut.
Mengapa lemak perut berbahaya?
Kelebihan berat badan adalah salah satu penyebab utama penyakit kronis.
Kelebihan lemak perut dapat meningkatkan risiko:
- penyakit jantung
- serangan jantung
- tekanan darah tinggi
- diabetes tipe 2
- asma
- kanker payudara
- kanker usus besar
- Penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya
Penyebab lemak perut
Penyebab umum dari kelebihan lemak perut meliputi:
1. Pola makan yang buruk
Makanan manis, seperti kue dan permen, dan minuman, seperti soda dan jus buah, dapat:
- menyebabkan kenaikan berat badan
- memperlambat metabolisme seseorang
- mengurangi kemampuan seseorang untuk membakar lemak
Diet rendah protein, tinggi karbohidrat juga dapat memengaruhi berat badan. Protein membantu seseorang merasa kenyang lebih lama, dan orang-orang yang tidak memasukkan protein tanpa lemak dalam makanan mereka dapat makan lebih banyak makanan secara keseluruhan.
Lemak trans, khususnya, dapat menyebabkan peradangan dan dapat menyebabkan obesitas. Lemak trans ada dalam banyak makanan, termasuk makanan cepat saji dan makanan yang dipanggang, misalnya muffin atau kerupuk.
Asosiasi Jantung di dunia merekomendasikan agar orang mengganti lemak trans dengan makanan gandum utuh yang sehat, lemak tak jenuh tunggal, dan lemak tak jenuh ganda.
Membaca label makanan dapat membantu seseorang menentukan apakah makanan mereka mengandung lemak trans.
2. Terlalu banyak alkohol
Mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit hati dan peradangan.
Sebuah laporan tahun 2015 tentang konsumsi alkohol dan obesitas dalam jurnal Current Obesity Reports menunjukkan bahwa minum alkohol yang berlebihan menyebabkan laki-laki menambah berat badan di sekitar perut mereka, meskipun hasil penelitian pada wanita tidak konsisten.
3. Kurang olahraga
Jika seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori daripada kalori yang dibakar (energi yang terpakai), berat badannya akan bertambah.
Gaya hidup yang tidak aktif membuat seseorang sulit untuk membuang kelebihan lemak, terutama di sekitar perut.
4. Stres
Hormon steroid yang dikenal sebagai kortisol membantu tubuh mengendalikan dan mengatasi stres. Ketika seseorang berada dalam situasi berbahaya atau tekanan tinggi, tubuh mereka melepaskan kortisol, dan ini dapat berdampak pada metabolisme mereka.
Orang sering meraih makanan untuk kenyamanan ketika mereka merasa stres, dan kortisol menyebabkan kelebihan kalori untuk tetap berada di sekitar perut dan area lain dari tubuh untuk digunakan nanti.
5. Genetika
Ada beberapa bukti bahwa gen seseorang dapat berperan dalam menentukan apakah mereka menjadi gemuk atau tidak. Para ilmuwan berpikir gen dapat memengaruhi perilaku, metabolisme, dan risiko terserang penyakit terkait obesitas.
Demikian pula, faktor lingkungan dan perilaku juga berperan dalam kemungkinan orang menjadi gemuk.
6. Tidur yang buruk
Sebuah studi dalam Journal of Clinical Sleep Medicine mengaitkan pertambahan berat badan dengan durasi tidur pendek, yang bisa menyebabkan kelebihan lemak perut.
Kualitas buruk dan durasi tidur yang singkat dapat berperan dalam pengembangan lemak perut.
Kurang tidur yang cukup dapat berpotensi menyebabkan perilaku makan yang tidak sehat, seperti makan emosional.
7. Merokok
Para peneliti mungkin tidak menganggap merokok sebagai penyebab langsung dari lemak perut, tetapi mereka percaya itu menjadi faktor risiko.
Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam jurnal PloS satu menunjukkan bahwa, meskipun obesitas adalah sama antara perokok dan bukan perokok, perokok memiliki lebih banyak lemak perut dibandingkan dengan bukan perokok.