Para komuter Jakarta bisa jadi salah satu orang pemberani dan tersabar di dunia. Atribut ini tersemat akibat aktivitas rutin menghabiskan waktu berjam-jam di jalan menghadapi kemacetan lalu lintas sebagai komitmen kepada pekerjaan.
Mereka yang beruntung memiliki keistimewaan untuk tetap di rumah (atau dimanapun mereka mau) dan tetap mendapatkan uang dari internet bebas dari hiruk pikuk ibu kota.
Kerja Freelance
Lupakan kantor. Asalkan ada koneksi internet, seorang tenaga kerja freelance bisa bekerja dari manapun. Setidaknya inilah yang dijalani Trinity, seorang travel writer yang sudah merintis kerja freelance sejak tahun 2008.
Puncak kebebasan yang didapatkan berupa keleluasaan mengatur jam kerja, tidak ada keharusan berpakaian atau dikejar jadwal kereta. Itulah beberapa hal yang selalu dibanggakan Trinity kepada rekan-rekan kantorannya dulu.
“Bahkan saat waktu sibuk bepergian keliling dunia selama satu tahun, saya tetap bisa menyelesaikan pekerjaan sambil jalan” ujar Trinity. Ia bahkan sebentar lagi akan meluncurkan buku sendiri tentang perjalanannya.
Ingin menjajal kerja freelance? Tahan diri dulu. Untuk bisa melewati masa kerja freelance ada hal-hal penting yang harus diperhatikan apalagi jika Anda sudah memiliki sebuah pekerjaan offline saat ini.
Semua hal tentang kebebasan sebagai tenaga kerja freelance, betapapun menariknya hal itu terdengar, percayalah bukan hal yang pas untuk semua orang.
Trinity berbagi bahwa ia memiliki teman yang teinspirasi olehnya dan akhirnya memutuskan meninggalkan zona nyaman pekerjaan. Akhirnya ia menjadi bosan dan merasa kerja freelance tidak pas untuknya.
Membangun disiplin diri dan motivasi untuk tetap pada jam kerja sendiri, bekerja sesuai daftar harian dan memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan sendiri, ketidakjelasan mendapatkan proyek kerja sampai menghasilkan uang yang dibutuhkan, dan ketidaktersediaan rekan kerja di sekitar Anda yang selalu mendukung merupakan hal-hal lumrah yang harus dihadapi pekerja freelance.
Bagi pemula freelance yang ingin mencoba menguasai kondisi ketidakjelasan itu disarankan untuk optimis dan menetapkan rencana detil 5 tahun ke depan.
Ini sebenarnya tips dari “Guru” Trinity yang mengajarkan dia untuk menetapkan berapa banyak uang yang perlu dihasilkan, pengeluaran rutin bulanan, proyek kerja mana yang akan difokuskan, dan kapan perlu mengambil uang dari rekening bank. Anda benar-benar perlu menjabarkan semua itu kedalam daftar detil. Janganlah menjadi seorang freelance hanya karena ingin sebuah kebebasan hidup.
Mengetahui kekuatan atau kelemahan diri sendiri juga sangat penting
Trinity berbagi pengalaman bahwa sebelum ia mundur dari pekerjaan rutin kantorannya, ia mulai ngeblog yang berhasil menghasilkan pendapatan lumayan. Dengan pengalaman itu ia tahu betul apa yang dilakukannya, apa kekuatannya dan apa yang bisa dijualnya.
Secara konsisten mempromosikan diri sendiri kepada dunia dan memiliki keahlian jejaring sangatlah penting untuk seorang freelance.
Jam Kerja Fleksibel Ala Intel
Jika kerja rutin dari jam 9 sampai 5 dan freelance tidak menarik bagi Anda mungkin Anda akan mempertimbangkan kerja di perusahaan seperti intel corporation.
Perusahaan asal Amerika Serikat berbasis silicon valley biasanya memiliki pikiran terbuka dalam manajemen organisasinya. Intel menerapkan ini dengan menegakan kebijakan kerja ke 100.000 karyawan globalnya termasuk Indonesia untuk menikmati jam kerja fleksibel.
Selama Anda bisa terkoneksi dengan internet, Anda bisa bekerja dimanapun baik berupa mengirim email perusahaan atau menjalani pertemuan telepon dengan kantor pusat. Kondisi ini telah dijalani Dhyoti Rororasmi Basuki bersama intel 5 tahun terakhir.
Kultur jam kerja fleksibel akan memberikan keleluasaan karyawan untuk mengajukan jam kerja pilihan masing-masing sesuai kebutuhan dan tanggungjawab.
Dhyoti sebagai contoh, merupakan orang yang dulunya terbiasa bangun pagi dan biasanya tiba di kantor jam 7.15 pagi kemudian pulang ke rumah jan 3 sore untuk menyiapkan makan malam suaminya.
“Gaya jam kerja ala Intel seperti ini paling pas untuk seseorang seperti saya karena saya tidak perlu bepergian rutin dari satu tempat ke tempat lain dan tetap bisa bekerja dan menghadiri rapat dari rumah”, ujar Dhyoti. Kunci suksesnya adalah untuk mengatur waktu dan membuat diri sendiri nyaman.
Lebih produktif, lebih kreatif dan yang terpenting lebih bahagia merupakan beberapa keuntungan yang dirasakan Dhyoti sebagai hasil dari jam kerja fleksibel ala intel ini. Fleksibilitas seperti ini merupakan keistimewaan, khususnya untuk seorang karyawan sekaligus ibu rumah tangga. Banyak teman saya senang menghabiskan waktu bersama anak dengan menyempatkan diri mengantar ke sekolah dan menjemput anaknya saat sekolah selesai, tambah Dhyoti.
Baca: Apa Peran Pemerintah dalam Mengurangi Pengangguran
Memberi kepercayaan karyawan untuk menentukan kapan dan bagaimana mereka ingin melakukan pekerjaan terbukti memberi lebih banyak keuntungan untuk perusahaan sekelas Intel.
“Selama individu memiliki atribut positif seperti proaktif, motivasi mandiri, penuh integritas dan didukung dengan budaya kerja yang fokus, maka kebijakan jam kerja fleksibel sebagai lawan dari gaya kerja konvensional akan berfungsi dengan baik” ungkap Direktur Marketing Intel, Hermawan Sutanto.
“Sama seperti Dhyoti, karyawan lainnya merasa lebih produktif dengan datang ke kantor dua kali seminggu dan menghabiskan waktu lainnya bekerja di café dekat rumah. Hasilnya bagi Intel? Tim marketing kami telah menerima beberapa penghargaan internal karena hasil capaian kerja”, tambah Hermawan.
Intinya, kebahagiaan karyawan merupakan kebahagiaan perusahaan.
Apa Benar Kerja Digital Bisa Jadi Solusi Kemacetan?
Dari ilustrasi diatas pada dasarnya kerja digital bisa membuat pergerakan manusia dalam jumlah besar di jalur yang sama berkurang. Dengan demikian jalur-jalur transportasi bisa lebih lengang.
Baca: Kenapa Industri Kreatif Digital Perlu Diatur di Indonesia
Terlepas dari cara apa yang dipilih, tentu saja hal krusialnya adalah pemanfaatan teknologi untuk mendukung manajemen organisasi perusahaan.
Jika semakin banyak perusahaan memiliki kemauan mengembangkan budaya kerja seperti ini bukan tidak mungkin akan semakin berkurang jumlah komuter Jakarta. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin kerja digital bisa jadi solusi kemacetan.