Dalam marketing media sosial ada banyak fakta dan juga mitos yang sering tumpang tindih. Beberapa kekeliruan di bawah ini seringkali dianggap sebagai kenyataan padahal tidak semuanya benar. Berikut ini adalah beberapa contoh mitos yang perlu diluruskan.
Mitos #1: Tidak perlu punya website, social media saja sudah cukup
Fakta:
Media sosial sebenarnya sebuah media penyampai pesan. Nah, dari manakah sumber pesan tersebut?
Tentu, jawabannya adalah dari website resmi sebuah bisnis. Link yang ditautkan kea kun sosial media seperti Twitter dan Facebook akan dapat membantu penyebaran konten di website Anda. Blog adalah salah satu tipe konten yang sering dibagikan oleh para netizen jika mereka merasa artikel tersebut informatif.
Baca: Membuat Landing Page yang Efektif
Mitos #2: Media Sosial tidak dapat mengukur Return on Investment
Fakta:
Banyak brand owner yang ingin cepat-cepat mendapat follower banyak – dengan harapan agar cepat mendapat untung. Ya, memang banyak orang menganggap dengan banyaknya jumlah follower, artinya banyak pula pembelinya. Marketing media sosial memang dibuat untuk meningkatkan pendapatan sebuah bisnis tapi tujuan awal dari sosmed sebenarnya adalah untuk meningkatkan awareness dan membangun komunitas agar brand Anda lebih dikenal di masyarakat luas. Dari sinilah siklus pendapatan itu berawal. Dengan naiknya kesadaran masyarakat akan produk Anda, maka akan semakin besar kemungkinan mereka akan membeli produk Anda.
Baca: Arti Penting Marketing untuk Usaha Kecil
Mitos #3: Blogging itu membuang waktu
Fakta:
Di dalam marketing media sosial, semua yang berkaitan dengan konten menarik akan banyak di-share oleh para pengguna internet. Bagi sebuah bisnis, adanya blog akan menambah nilai perusahaan. Konten yang informatif tentu akan menambah pengetahuan para konsumennya.
Mereka akan dengan senang hati mengikuti update-an terbaru dari Anda karena mereka merasa memperoleh manfaat dari postingan tersebut. Dimana blog ini harus ‘diiklankan?’ Ya, di akun media sosial Anda tentunya.