Adaptasi dengan Realita Baru
Saat terjadi krisis ekonomi global 2007 sampai 2009, ia fokus pada pelayanan konsumen dengan realita yang baru. Ia beradaptasi dengan kondisi pasar. Ia melipatgandakan bisnisnya membantu klien mengelola masa peralihan atas bisnis mereka masing-masing. Ia membantu klien untuk berpindah dari bisnis ritel tradisional menjadi beragam pendekatan dimana mereka bekerjasama dnegan bank untuk menjual aset bank, aset yang macet dan penjualan jangka pendek. Cara itu mengarah pada naiknya penjualan rumah di masa krisis. Itu sebabnya bisnis pun bisa bertahan. Ia mampu mendukung klien dengan menghubungkan mereka kepada pihak-pihak yang memahami untuk mempermudah koneksi klien kepada bank. Ia juga mengarahkan mereka pada pertemuan yang tepat, sertifikasi yang dibutuhkan untuk sukses di bidang itu.
Baca: Cara Membuat Marketing Plan
Ia juga menyewa jasa penulis paling mahal, Laura Morton untuk menulis buku tentang dirinya dan menetapkan sebuah visi untuk membantu orang melewati masa sulit dan menyediakan nilai sekaligus menciptakan kesadaran. Ia bahkan menurunkan harga sebuah seminar eksklusif demi membantu orang yang membutuhkan.
Ia telah memberikan semuanya dan beradaptasi dengan masa sulit, membuat lebih banyak hubungan pertemanan, membawa nilai dan menjadi sahabat untuk saluran media sosial. Kesemuanya membawa banyak perubahan positif untuk bisnisnya.
Baca: Panduan Belajar Internet Marketing Gratis
Ia adalah Tom Ferry, pendiri sekaligus CEO dari Tom Ferry International. Mentor properti nomor 1 menurut Swanepoel Power 200 dan penulis New York Time dengan predikat best selling atas buku berjudul “Life! By Design”
Semangat Saja Belum Cukup
Pada suatu ketika, ia hanya memiliki $47 dalam rekening banknya, tidak ada gelar universitas, tidak punya mobil, tidak punya pekerjaan dan tidak ada prospek yang nyata. Buku dan mentor telah menyadarkan dirinya, termasuk mentor pertamanya, Mike Stainback yang telah memberinya pekerjaan dan mengajarkan masalah keuangan.
Bahkan setelah itu, ia tetap merasa gagal. Ia bekerja lebih keras dan lebih keras lagi namun tidak melihat kesuksesan datang selain penghasilan rutinnya. Itu karena, jika melihat ke belakang, ada satu cara mudah untuk maju: bekerja lebih pintar bukan lebih keras. Kesadaran itu memuatnya lebih efisien dalam menempatkan intensitas pekerjaan dalam waktu yang sesuai. Kerja keras bukanlah tujuan.
Salah satu sebab orang merasa “mentok” dan dia merasakannya untuk waktu lama adalah karena terperangkap pada keyakinan jika Anda harus kerja keras untuk mencari jalan keluar. Bukan itu caranya. 10 orang paling kaya di bumi bukanlah mereka yang suka bekerja keras. Mereka meningkatkan kualitas kerja 1 jam sebanding dengan kerja 100 jam.
Sama halnya dengan mobil irit BBM, mobil itu dapat melangkah lebih jauh dengan konsumsi BBM lebih sedikit. Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah untuk bekerja 2 kali lebih mudah untuk meraih hasil dua kali lipat.
Ia adalah Tai Lopez, pemilik kerajaan bisnis online senilai puluhan juta dollar, seorang penasihat dan investor.