Dunia startup Indonesia tengah dihebohkan dengan dugaan kasus pemalsuan laporan keuangan oleh eFishery, sebuah perusahaan yang bergerak di sektor budidaya ikan dan didirikan oleh Gibran Huzaifah pada tahun 2013 di Bandung. Pada tahun 2023, eFishery berhasil meraih status unicorn berkat pendanaan Seri D senilai US$ 200 juta. Namun, kabar buruk muncul setelah hasil audit terbaru mengungkapkan adanya ketidaksesuaian signifikan antara laporan keuangan internal dan eksternal perusahaan. Dugaan pemalsuan laporan keuangan ini menjadi sorotan publik, karena berkaitan dengan angka-angka yang mencurigakan dan manipulasi data yang dapat merugikan banyak pihak, terutama investor dan karyawan.
1. Pendapatan yang Tidak Konsisten
Salah satu temuan mencolok dari audit adalah perbedaan mencolok dalam laporan pendapatan eFishery. Pada laporan keuangan internal, eFishery tercatat meraup pendapatan sebesar Rp2,6 triliun untuk periode Januari-September 2024. Namun, dalam laporan eksternal yang disampaikan kepada publik dan investor, angka pendapatan jauh lebih tinggi, yakni Rp12,3 triliun—empat kali lipat lebih besar dari laporan internal. Selain itu, pertumbuhan pendapatan yang tercatat dalam laporan eksternal menunjukkan lonjakan yang tajam, mulai dari Rp1,6 triliun pada 2021, Rp5,8 triliun pada 2022, dan Rp10,8 triliun pada 2023. Sebaliknya, laporan keuangan internal menunjukkan angka yang jauh lebih rendah, dengan pendapatan Rp1 triliun pada 2021, Rp4,3 triliun pada 2022, dan Rp6 triliun pada 2023.
Perbedaan mencolok ini memunculkan pertanyaan besar tentang kredibilitas laporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen eFishery kepada investor dan publik. Apakah laporan eksternal tersebut sengaja dibesar-besarkan untuk menarik minat investor atau ada faktor lain yang menyebabkan ketidaksesuaian ini?
2. Keuntungan yang Ternyata Kerugian
Selain pendapatan, masalah lain yang terungkap dalam audit adalah perbedaan besar dalam pencatatan laba atau kerugian sebelum pajak. Laporan eksternal menunjukkan bahwa eFishery mencatatkan keuntungan sebelum pajak sebesar Rp261 miliar pada periode Januari-September 2024. Namun, laporan keuangan internal malah menunjukkan kerugian sebesar Rp578 miliar pada periode yang sama. Perbedaan ini mencerminkan ketidakakuratan yang parah dalam pencatatan keuangan perusahaan.
Bahkan sejak 2021, laporan eksternal menunjukkan profitabilitas yang positif dan stabil, sementara laporan internal justru mencatatkan kerugian yang terus membesar, dengan kerugian tertinggi tercatat pada 2022 sebesar Rp784 miliar dan pada 2023 sebesar Rp759 miliar. Kondisi ini semakin memperkuat dugaan adanya manipulasi dalam laporan keuangan untuk menutupi kerugian yang dialami oleh perusahaan.
3. Manipulasi Jumlah Fasilitas Pakan (Feeder)
Tidak hanya laporan keuangan yang menjadi sorotan, tetapi klaim yang disampaikan oleh Gibran Huzaifah, mantan CEO eFishery, juga dipertanyakan. Gibran sebelumnya mengklaim kepada investor bahwa perusahaan memiliki lebih dari 400.000 fasilitas pakan (feeder). Namun, audit yang dilakukan mengungkapkan bahwa jumlah fasilitas pakan yang sebenarnya hanya sekitar 24.000 unit. Diduga, Gibran sengaja menggelembungkan angka fasilitas pakan untuk meningkatkan citra perusahaan dan menarik perhatian investor, sementara kenyataannya jauh dari klaim tersebut.
Manipulasi ini turut menunjukkan adanya upaya untuk menyesatkan investor dengan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan mengenai kondisi operasional perusahaan.
4. Pembentukan Perusahaan Palsu
Dugaan manipulasi keuangan oleh eFishery tidak berhenti pada angka-angka yang dipalsukan dalam laporan keuangan, tetapi juga melibatkan pembentukan sejumlah perusahaan fiktif. Laporan audit menemukan bahwa pada 2022, terdapat lima perusahaan yang didirikan oleh Gibran dengan nama orang lain untuk tujuan pencatatan perputaran uang, guna menciptakan ilusi pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran perusahaan yang lebih besar. Ini adalah langkah yang sangat berisiko dan melanggar etika bisnis, yang bertujuan untuk memperoleh dana lebih banyak dari investor.
Pada 2023, ditemukan pula bahwa Gibran dan beberapa orang lainnya terlibat dalam pemalsuan dokumen pendukung, seperti invoice, kontrak, dan pembukuan yang tidak sah. Semua tindakan ini menambah bukti adanya niat buruk untuk menipu investor dan regulator.
5. Pergantian Manajemen eFishery
Sebagai respons terhadap krisis ini, eFishery mengumumkan pada pertengahan Desember 2024 bahwa mereka telah mengangkat Adhy Wibisono sebagai CEO interim menggantikan Gibran Huzaifah. Sebelumnya, Adhy Wibisono menjabat sebagai CFO di perusahaan. Selain itu, Albertus Sasmitra ditunjuk sebagai CFO interim menggantikan Adhy. Keputusan ini diambil untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dan memperbaiki citra perusahaan yang terguncang akibat skandal ini.
Dalam pernyataan tertulis yang diterima oleh CNBC Indonesia, juru bicara eFishery menyatakan bahwa perusahaan memahami keseriusan isu yang sedang beredar dan memberikan perhatian penuh terhadap masalah ini. Mereka berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan dan etika operasional.
Dampak Bagi Dunia Startup Indonesia
Kasus pemalsuan laporan keuangan eFishery ini jelas memberikan dampak yang besar bagi dunia startup Indonesia. Tidak hanya mencoreng citra eFishery sebagai unicorn, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya transparansi dan integritas dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Bagi investor, kejadian ini menegaskan bahwa melakukan due diligence yang mendalam dan memastikan akurasi laporan keuangan sangatlah penting untuk menghindari potensi kerugian besar.
Selain itu, ini juga membuka peluang bagi regulator untuk lebih ketat dalam mengawasi dan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan startup di Indonesia menjalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar. Ke depan, kita berharap bahwa dunia startup Indonesia dapat belajar dari kasus ini dan berkomitmen untuk menjaga kepercayaan publik serta beroperasi dengan transparansi yang lebih tinggi.
Waspadai Kasus Pemalsuan Laporan Keuangan
Kasus pemalsuan laporan keuangan oleh eFishery menjadi sebuah peringatan besar bagi para pelaku bisnis dan investor di Indonesia. Transparansi, akurasi, dan etika yang baik dalam pelaporan keuangan adalah landasan utama dalam menjalankan sebuah perusahaan, khususnya di industri startup yang terus berkembang pesat. Meskipun eFishery sedang berusaha memperbaiki situasi ini dengan pergantian manajemen, reputasi yang rusak dan dampak negatif terhadap investor akan menjadi tantangan berat yang harus dihadapi perusahaan di masa depan (diolah dari berbagai sumber).