Sejarah krisis Venezuela seperti apa ya? Kenapa tiba-tiba muncul dan menjadi perhatian banyak negara.
Pengeluaran berlebihan, turunnya harga minyak dan gejolak politik berkepanjangan semuanya terkombinasi memicu permasalahan dalam negeri Venezuela.
Seolah belum lama jika Venezuela, pemilik cadangan minyak mentah terbesar dunia, merupakan negara demokratis yang stabil. Negara itu juga salah satu negara Amerika Latin dengan pertumbuhan ekonomi terbesar.
Negara itu sangat bergelimang devisa pemasukan dari minyak bumi yang karenanya pemerintah sosialis Hugo Chavez menggelontorkan banyak program sosial sampai menyediakan minyak heating gratis untuk warga amerika miskin.
Sampai permulaan 2014, negara Amerika Selatan mulai merasakan gejolak. Groos domestic product (GDP) Venezuela anjlok lebih hancur ketimbang amerika di masa great depression. Hampir 32 juta penduduk tidak mampu membeli makanan sampai rumah sakit kehabisan sabun dan antibiotik.
Sementara itu, kondisi politik dalam negeri Venezuela mulai bergejolak. President Nicolás Maduro, yang pemilihan ulangnya tahun 2018 ternodai oleh tuduhan ketidakwajaran dan paksaan ke pemilih harus menghadapi protes. Ia juga bertahan musim semi 2019 dari upaya kudeta militer yang dilakukan oleh politisi oposisi Juan Guaido, pemimpin partai terpilih National Assembly yang kewenangan legislatifnya diambil oleh rezim Maduro tahun 2017.
Lantas bagaimana Venezuela bisa terperosok dalam waktu cepat? Pengamat yang melakukan studi ke negara itu mengatakan jika kebangkitan dan kejatuhannya disebabkan kombinasi faktor.
Venezuela sejak lama bergantung pada pemasukan minyak, dan revolusi Bolivia oleh Hugo Chavez tidak secara fundamental mengubah kondisi itu. Ungkap Jo-Marie Burt, assosiate prfesaor dari political science dan latin american studies di Schar School of Policy and Government di George Mason University. Penurunan harga minyak, pengeluaran belanja sosial periode pemerintahan Chavez dan Maduro serta kombinasi salah manajemen ekonomi ditambah korupsi berkontribusi signifikan pada kejatuhan ekonomi.
Krisis Venezuela semakin dalam akibat sanksi Amerika kepada industri minyak Venezuela. Bulan Maret 2019, Amerika juga terapkan sanksi kepada industri tambang emas Venezuela. Bulan April Amerika memberikan sanksi Bank Sentral Venezuela (CBV), memotong aksesnya ke mata uang dollar Amerika dan membatasi kemampuannya melakukan transaksi internasional. Itu semua memberikan tekanan lebih besar kepada rezim Manduro. Berikut ini beberapa momen kunci dalam saga krisis Venezuela.
Tahun 1922: Minyak ditemukan
Sejarah krisis Venezuela bermula tahun 1922 ketika Sumur minyak di basin Maracaibo, barat Venezuela mulai hasilkan 100,000 barel minyak per hari, mengindikasikan cadangan dibawah permukaan negara itu. Selanjutnya, Jenderal Juan Vicente Gomez menarik minat lebih dari 100 perusahaan minyak ke Venezuela dan tahun 1928, Venezuela menjadi eksportir minyak kedua terbesar dunia.
Besarnya pemasukan minyak memperkaya rezim militer Venezuela khususnya setelah mengundangkan Undang-Undang 1943 mengembalikan separuh keuntungan mereka. Uang itu hanya menawarkan perban pada masalah negara itu.
Bahkan sebelum kebangkitan industri minyak Venezuela tidak ada produktivitas sektor agrikultur, ungkap Miguel R.Tinjer Salas, profesor dari Latin American studies and history pada Pamona College di California dan penulis Venezuela: What Everyone Needs to Knowdan The Enduring Legacy: Oil, Culture, and Society in Venezuela.Tanah dimonopoli oleh keluarga penguasa, infrastruktur tertinggal dan integrasi ekonomi berkurang. Namun Salas menambahkan, minyak dan kebangkitan kota kota seperti Caracas memungkinkan masyarakat meninggalkan desa yang miskin.
1958: Venezuela Memilih Presiden Betancourt
Setelah menggulingkan kepemimpinan Marcos Perez Jimenez, tiga partai politik nasional sepakat untuk Puncto Fiji Pact untuk menerima hasil pemilu. Pemimpin oposisi Romulo Betancourt, dikenal sebagai Bapak Demokrasi Venezuela terpilih menjadi presiden. Antropologist Iselin Åsedotter Strønen menulis jika perjanjian pembagian kekuasaan membantu pendirian sistem dimana setiap partai dijamin mendapatkan jabatan kementerian, pelerjaan dan kontrak dan menjaga pemasukan minyak di tangan pemerintah.
1973: Embargo oleh OPEC mendatangkan Milyaran
Sejarah keisi Venezuela tahun 1973 diwarnai Embargo OPEC melawan Amerika dan negara lain yang menyebabkan harga minyak berlipat ganda, dan Venezuela diuntungkan. Seiring bertambahnya milyaran dollar dalam devisanya, GDP Venezuela naik tajam selama satu dekade.
Dua tahun kemudian, Presiden Venezuela Carlos Andrés Pérez menerbitkan Undang-Undang yang menasionalisasikan industri minyak, membentuk BUMN bernama Petroleos de Venezuela, S.A. (PDVSA),. Dia juga mewajibkan perusahaan asing menyerahkan 60% saham kepemilikan dalam proyeknya.
1989: IMF Menyuntik Bantuan
Setelah harga minyak bumi hancur di akhir 1980-an, pemerintahan Presiden Perez berjuang dibawah tekanan hutang $33 milyar. Akhirnya Venezueal dipaksa menerima dana talangan IMF dan dipaksa melakukan penanggulangan yang menghasilkan inflasi barang konsumsi dan tarif transportasi. Pemrotes turun berdemonstrasi yang berubah menjadi kerusuhan. Kondisi kemudian menjurus ke penerapan jam malam secara nasional dan penekanan kebebasan sipil.
1998: Hugo Chavez Terpilih
Sejarah krisis Venezuela seperti apa ya? Kenapa tiba-tiba muncul dan menjadi perhatian banyak negara.
Pengeluaran berlebihan, turunnya harga minyak dan gejolak politik berkepanjangan semuanya terkombinasi memicu permasalahan dalam negeri Venezuela.
Seolah belum lama jika Venezuela, pemilik cadangan minyak mentah terbesar dunia, merupakan negara demokratis yang stabil. Negara itu juga salah satu negara Amerika Latin dengan pertumbuhan ekonomi terbesar.
Negara itu sangat bergelimang devisa pemasukan dari minyak bumi yang karenanya pemerintah sosialis Hugo Chavez menggelontorkan banyak program sosial sampai menyediakan minyak heating gratis untuk warga amerika miskin.
Sampai permulaan 2014, negara Amerika Selatan mulai merasakan gejolak. Groos domestic product (GDP) Venezuela anjlok lebih hancur ketimbang amerika di masa great depression. Hampir 32 juta penduduk tidak mampu membeli makanan sampai rumah sakit kehabisan sabun dan antibiotik.
Sementara itu, kondisi politik dalam negeri Venezuela mulai bergejolak. President Nicolás Maduro, yang pemilihan ulangnya tahun 2018 ternodai oleh tuduhan ketidakwajaran dan paksaan ke pemilih harus menghadapi protes. Ia juga bertahan musim semi 2019 dari upaya kudeta militer yang dilakukan oleh politisi oposisi Juan Guaido, pemimpin partai terpilih National Assembly yang kewenangan legislatifnya diambil oleh rezim Maduro tahun 2017.
Lantas bagaimana Venezuela bisa terperosok dalam waktu cepat? Pengamat yang melakukan studi ke negara itu mengatakan jika kebangkitan dan kejatuhannya disebabkan kombinasi faktor.
Venezuela sejak lama bergantung pada pemasukan minyak, dan revolusi Bolivia oleh Hugo Chavez tidak secara fundamental mengubah kondisi itu. Ungkap Jo-Marie Burt, assosiate prfesaor dari political science dan latin american studies di Schar School of Policy and Government di George Mason University. Penurunan harga minyak, pengeluaran belanja sosial periode pemerintahan Chavez dan Maduro serta kombinasi salah manajemen ekonomi ditambah korupsi berkontribusi signifikan pada kejatuhan ekonomi.
Krisis Venezuela semakin dalam akibat sanksi Amerika kepada industri minyak Venezuela. Bulan Maret 2019, Amerika juga terapkan sanksi kepada industri tambang emas Venezuela. Bulan April Amerika memberikan sanksi Bank Sentral Venezuela (CBV), memotong aksesnya ke mata uang dollar Amerika dan membatasi kemampuannya melakukan transaksi internasional. Itu semua memberikan tekanan lebih besar kepada rezim Manduro. Berikut ini beberapa momen kunci dalam saga krisis Venezuela.
2013: Maduro Ditantang Pemimpin Oposisi
Setelah Hugo Chávez meninggal karena cancer, ia digantikan oleh penerus pilihannya Nicolás Maduro, yang menang tipis dalam pemilu dari lawannya Henrique Capriles yang tidak berhasil menyuarakan hitung ulang. Maduro kemudian segera konsolidasi kekuatan sesuai prosedur nasionalnya. Namun is tidak mampu menghentikan penurunan harga minyak yang ikut membawa perekonomian Venezuela jatuh.
Seiring situasi Venezuela memburuk, rezim Maduro menahan lawan politiknya dan menutup website berita dan menangkap jurnalis. Tindakan itu menuai kritik PBB dan International Commission on Human Rights. Pada tahun 2017, Mahkamah Agung Venezuela dipenuhi loyalis Maduro, mengambil alih kekuasaan National Assembly, menambah kekuasaan Maduro.
Bulan Januari 2019, pimpinan oposisi Guaido, kepala National Assembly, menyerukan konstitusi Venezuela untuk mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Pergulatan kekuasaan antar dua pihak pun terus berlangsung dan menarik perhatian negara lain dan PBB.
Sejarah krisis Venezuela tahun 1998 ditandai Tokoh populis Hugo Chavez, mantan letnan kolonel di militer Venezuela selama 6 tahun, terpilih menjadi presiden. Hugo Chavez menggangu kemapanan politik yang mengendalikan satu dekade terakhir. Sedekade lanjutan, Chavez memulai belanja sosial besar-besaran. Dia menggelontorkan dana besar untuk kesehatan, pendidikan, makanan dan program perumahan untuk 30 juta penduduk. Keuntungan dari minyak dialihkan untuk menekan ketimpangan sosial pungkas Tinker Salas. Era Chavez merupakan era prorgam sosial. Program yang signifikan mengurangi kemiskinan namun meningkatkan ketergantungan pada minyak bumi.
Meskipun Chavez ingin diversifikasi ekonomi Venezuela, strateginya sangat mahal dan semakin meningkatkan ketergantungan pada minyak bumi. Chavez juga aktif membangun pengaruh Venezuela. Ia memberikan minyak subsidi ke Cuba untuk mendatangkan profesional dokter dan guru. Ia menjual minyak ke negara Amerika Selatan lainnya dan China dibawah harga pasar. Di saat bersamaan, Chavez menolak pengeluaran biaya untuk perawatan fasilitas minyak dan produksi minyak pun turun.
2013: Maduro Ditantang Pemimpin Oposisi
Setelah Hugo Chávez meninggal karena cancer, ia digantikan oleh penerus pilihannya Nicolás Maduro, yang menang tipis dalam pemilu dari lawannya Henrique Capriles yang tidak berhasil menyuarakan hitung ulang. Maduro kemudian segera konsolidasi kekuatan sesuai prosedur nasionalnya. Namun is tidak mampu menghentikan penurunan harga minyak yang ikut membawa perekonomian Venezuela jatuh.
Seiring situasi Venezuela memburuk, rezim Maduro menahan lawan politiknya dan menutup website berita dan menangkap jurnalis. Tindakan itu menuai kritik PBB dan International Commission on Human Rights. Pada tahun 2017, Mahkamah Agung Venezuela dipenuhi loyalis Maduro, mengambil alih kekuasaan National Assembly, menambah kekuasaan Maduro.
Bulan Januari 2019, pimpinan oposisi Guaido, kepala National Assembly, menyerukan konstitusi Venezuela untuk mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Pergulatan kekuasaan antar dua pihak pun terus berlangsung dan menarik perhatian negara lain dan PBB.