Ekonomi Dunia Berdampak pada Ekonomi Domestik
Belum begitu pulihnya kondisi ekonomi duna memberikan dampak negatif pada perekonomian domestik. Beberapa diantaranya adalah menurunkan kekuatan konsumsi masyarakat. Jika kondisi ini berlarut tentu akan menjadi ancaman serius untuk dunia usaha Indonesia.
Turunnya daya beli masyarakat secara umum, maka penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia tidak akan berdampak signifikan untuk investasi. Kondisi itu menyebabkan perkembangan ekonomi Indonesia tidak dapat lebih tinggi pergerakannya.
Survei Penjualan Eceran (SPE) publikasi BI pada bulan Desember 2016 menjelaskan bahwa Indeks Penjualan Riil (atau IPR) di bulan Oktober 2016 tumbuh 7,6% secara year on year (yoy). Nilai tersebut menurun dibandingkan bulan sebelumnya 10,7%. IPR ini merupakan indicator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan penjualan secara eceran di masyarakat. Menurunnya nilai IPR sejalan dengan meningkatnya angka inflasi bulanan sejak bulan Agustus 2016. Sesuai dengan data Bank Indonesia, inflasi Indonesia pada bulan November 2016 ada di tingkat 3,58% sedangkan bulan Agustus ada di tingkat 2,79%.
Perkembangan aktivitas usaha pada kuartal ketiga tahun 2016 ikut menurun dengan tingkat penurunan terbesar terjadi pada sektor pengolahan. Penurunan terbesar selanjutnya secara berurutan terjadi pada perdagangan, restoran dan hotel, penggalian dan pertambangan, gas, listrik dan air bersih.
Pertanda itu terlihat dari hasil data Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Informasi itu menunjukkan Saldo Bersih Tertimbang (atau SBT) pada kuartal ketiga tahun 2016 yaitu 13,2% atau menurun dari 18,4 % di kuartal kedua tahun 2016. SBT merupakan hasil perkalian saldo bersih dan bobot setiap sub sektor ekonomi Indonesia.
Proyeksi serupa juga menjadi ramalan ekonomi Indonesia pada tahun 2017. Jika sudah demikian, apa strategi jitu pengusaha yang perlu dipersiapkan dan diterapkan untuk bisa terus berkembang ditengah kondisi ekonomi menurun?