Pasar saham Indonesia dan surat hutang tetap menarik di tengah perlambatan ekonomi global. Spesialis Investasi PT Manulife Asset Management Indonesia, Dimas Ardhinugraha meyakini hal itu.
Pasar surat hutang dan saham Indonesia masih menawarkan potensi investasi menguntungkan ditengah pertanda dinamika tidak menentu.
Baca: Resiko Investasi Saham Bulan Agustus
Ardhinugraha menunjukkan bahwa pasar Indonesia cukup tahan dengan pelambatan ekonomi global karena tidak bergantung pada ekspor.
Posisi Indonesia agak berbeda dengan negara yang sangat bergantung dengan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.
Bank Sentral juga menjadi faktor pendukung lainnya. Bank Indonesia kemungkinan akan menurunkan tingkat suku bunga acuan. Langkah serupa yang akan diambil bank-bank sentral di dunia.
Baca: Ini Sentimen yang Kuatkan Bursa Eropa
Tahun sebelumnya Bank Indonesia mengambil langkah agresif menaikan suku bunga acuan sampai 6 kali untuk menjaga stabilitas rupiah dan mengimbangi kenaikan suku bunga acuan Amerika. Tahun 2019, rupiah mengidikasikan stabil harganya.
Jika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebagaimana the Federal Reserve, dampaknya akan positif bagi pasar saham dan surat hutang Indonesia.
Baca: Penurunan Harga Indeks Hanseng
Ditambah lagi, manajemen fiskal dan moneter Indonesia sangat baik yang ditunjukan dengan rating Standard & Poor’s yang menaikan peringkat Indonesia menjadi BBB.
Itu merupakan indikatif kepercayaan investir pada ekonomi Indonesia dan pengelolaan moneter dan fiskalnya.
Baca: IHSG Hari Ini Melemah 16 Juni 2017
Tentu saja itu capaian positif ditengah pelambatan ekonomi global. Beberapa negara lain bahkan menerima penurunan peringkat seperti Turki, Brasil, dan Mexico.
Baca: Perdagangan IHSG Melemah
Tren positif ini tentu menjadi pertanda baik bagi dunia investasi saham dan surat hutang.