Masa depan berbasis teknologi blockchain seolah berkembang tak terbendung. Kini sektor industri otomotif yang mulai meliriknya. Banyak konsumen mendambakan kendaraan yang mampu berjalan sendiri. Produsen otomotif meyakini jika teknologi blockchain dapat mewujudkan impian itu.
Topik itu menjadi daya tarik perdebatan akhir-akhir ini. Sebuah konsensus yang diadakan oleh Coindesk tahun 2018 dimana mereka menggambarkan beberapa kemungkinan para pelaku industri otomotif mengambil langkah konservatif menerapkan teknologi blockhain dalam bisnis mereka.
Manajer Bisnis dari Renault Innovation Silicon Valley, Sebastien Henot mengungkap jika blockchain dapat membawa rantai pasokan industri otomotif berbiaya rendah berkat kemudahan audit dan transparansi baru yang ditawarkan blockchain. Hal tersebut dapat menjadi pertolongan penting dalam kejadian luar biasa seperti “recall” kendaraan yang bermasalah.
Prose situ pada akhirnya akan melahirkan kendaraan dengan identitas digital unik masing-masing. Ia menambahkan misalkan jika Anda memiliki sebuah Audi dan ingin menjualnya untuk membeli Renault, teknologi blockchain akan bermanfaat bagi dealer Renault mengakses sertifikat kelahiran Audi dan melihat sejarah standardisasinya.
Ide seperti ini masih sangat mentah dan dini dan proses untuk data jenis apa yang akan dibagikan dan bagaimana data itu akan diubah dalam kode tertentu masih membutuhkan standardisasi lebih lanjut.
Itulah yang menjadi salah satu alas an Mobi Consortium, sebuah jenis Badan Standardisasi untuk desentralisasi mobilitas data dan data sharing, diluncurkan awal bulan Mei 2018 dimana pendirinya termasuk Ford, BMW, General Motors dan Renault dan penyedia teknologi seperti ConsenSys, IBM dan IOTA.
Kemungkinan penggunaan teknologi blockchain untuk sektor industri otomotif masa depan sangat mungkin menggunakan struktur insentif berbentuk token. Hal itulah yang menjadi perhatian serius pada anggota konsorsium tersebut.
Jarak Tempuh dalam Block
Masih menurut Henot, mulai dari hal kecil seperti sertifikasi jarak tempuh kendaraan, akan memfokuskan hal sederhana namun bukti konsep nyata yang menguntungkan.
Penyalahgunaan odometer, dimana penjual kendaraan “mengakali odometer” untuk memperlihatkan jarak tempuh kendaraan baru sedikit untuk meningkatkan nilai jual kendaraan bukanlah masalah baru. Faktanya ada sekitar 45ribu kendaraan dijual setiap tahun dengan odometer yang dipalsukan membawa kerugian sekitar $1 milyar dollar untuk konsumen menurut studi National highway Traffic Safety Administration. Nah, dalam konteks sederhana ini, teknologi blockchain akan menjamin transparansi odometer kendaraan.
Sebuah tim di Dovu (startup berbasis di Inggris) sepakat akan hal ini. Startup itu meningkatkan lebih dari $13 juta dalam penjualan token kripto bulan Oktober 2017 yang digunakan untuk memberikan insentif pengguna untuk berperilaku baik seperti mendokumentasikan jarak tempuh kendaraan secara rutin.
Dovu memulai proyek dokumentasi jarak tempuh ini sejak 3 bulan lalu bersama BMW yang mendaftarkan karyawannya untuk menjalani uji coba sederhana menggunakan dompet kripto buatan Dovu.
CEO Dovu, Ifron Watkins mengungkap keuntungan teknologi itu. “Misalkan BMW, Anda memiliki banyak kendaraan dalam pengelolaan, maka akan sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh (km) sudah ditempuh kendaraan itu setiap minggu atau bulannya, ketimbang setiap 3 tahunnya”, ungkap Ifron.
Teknologi Kripto untuk Lingkungan Hidup
Langkah sederhana lainnya yang diambil industri otomotif dengan mengembangkan teknologi blockchain adalah di sekitar mobil listrik.
Dovu menjadi yang terdepan menerapkan hal ini juga, menggunakan token kriptonya sebagai cara memastikan pengemudi mengisi ulang daya baterai mobil dengan cara maksimal. Cara ini tidak merusak kualitas baterai seperti dapat terjadi pada smartphone.
Contoh kasus ini dapat secara potensial mendorong teknologi blockchain kedalam naratif utama, sejak kebanyakan orang, khususnya kalangan milenial, sangat berminat dengan mobil listrik karena dampak positifnya pada lingkungan
Spherity, startup lainnya yang juga mencoba menerapkan blockchain untuk pengisian daya kendaraan listrik. Perusahaan ingin menggunakan teknologi untuk menyediakan audit jejak untuk “perhitungan gas rumah kaca”, dengan demikian pengguna dapat meyakini kendaraan mereka menggunakan energi hijau.
Sama seperti orang yang mungkin ingin melacak makanan yang diproduksi secara berkelanjutan dari peternakan sampai ke sendok, pengguna kendaraan yang peduli lingkungan ingin mendapat jaminan asal usul energi listrik yang digunakan kendaraannya.
Baca: Cara Mendapatkan Rp 500 Ribu per Minggu Jualan Bitcoin
Lebih Dari Sekedar Kendaraan
Meskipun dimulai dari hal kecil, banyak yang kagum dengan masa depan yang diberikan teknologi blockchain.
Untuk contohnya adalah masa depan mobilitas tidak sekedar membuat kendaraan mandiri secara fisik namun juga secara ekonomis dimana kendaraan dapat parkir, negosiasi jalur yang benar dan berkomunikasi dan sebagainya menggunakan dompet kripto. Menarik ya?