Harga bitcoin naik lagi sebagai pertanda tren positif atau tidak penting disimak untuk investor mata uang kripto ini. Pasar sepertinya telah mengambil reaksi atas sikap Amerika Serikat yang menyatakan perang dagang dengan Cina. Reaksi itu salah satunya terlihat dari salah satu aset bernama bitcoin.
Mata uang digital ini sudah melampaui $8,000 harga satuannya, harga tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Pada periode yang sama Dow Jones bahkan turun 617 poin tepat dengan aksi Amerika menaikan tarif produk impor Cina senilai $200 milyar.
Tindakan itu direspon beragam di kalangan investor dan pedagang yang sudah kenyang dengan pengalaman mata uang kripto pada tahun 2018, ketika nilainya jatuh dari hampir $20,000 menjadi $3,000.
Penyebab Harga Bitcoin Naik
Sulit memang untuk memastikan penyebab sebenarnya dari kenaikan harga bitcoin. Rumor yang berkembang di ruang diskusi online termasuk nasabah Metro Bank yang telah mengambil uang mereka dan langsung mengalihkannya ke mata uang kripto.
Pendapat ahli yang lebih kritis adalah bahwa investor di beberapa tempat seperti Turki, China dan Argentina yang kesemuanya bersistem ekonomi tertutup dan juga menderita fluktuasi mata uang domestik sebagai akibat dari gejolak politik. Para investor disana memilih bitcoin sebagai cara untuk mengeluarkan uang mereka dari negara tersebut.
Marcus Swanepoel, Chief Executif di firma trading Luno menyatakan jika “bitcoin jelas digunakan di beberapa negara dimana mata uangnya hancur dengan cepat. Bitcoin digunakan untuk memagari tabungan mereka jatuh nilainya. Di Cina, dimana pengendalian modal sangat ketat, bitcoin dipakai sebagai cara untuk membawa uang keluar negara itu”.
Alasan lain untuk harga bitcoin naik mendadak ini adalah lembaga utama seperti Bank atau Pendanaan telah mengumumkan rencana mereka memasuki pasar trading. Hal itu memberikan aset kripto kredibilitas lebih besar. Bulan Mei 2019, Fidelity menyatakan akan melaksanakan jual belu bitcoin untuk nasabahnya.
Lembaga manajemen aset papan atas itu membentuk Fidelity Digital Asets pada bulan Oktober 2018 sebagai upaya menangkap peluang bisnis bahwa mata uang kripto akan bertahan di pasaran dan harus dianggap serius. Analisis oleh Manajer Pendanaan bahkan menunjukkan jika 47% institusi meyakini aset digital memiliki ruang dalam portofolio investasi mereka. Kondisi itu merupakan kenaikan signifikan dibandingkan beberapa tahun lalu ketika mata uang digital dinilai “tidak terpercaya”.
Fidelity akan menawarkan layanan transaksi cepat dan menyasar institusi sebagai nasabahnya bukan investor retail. Ini berarti tidak menyasar pelaku bitcoin mining perorangan.
Bank lain memikirkan langkah serupa termasuk tangan-tangan Citi Venture seperti ING dan Rabobank. Analis menyatakan bahwa mereka tertarik dengan volatilitas, karena fluktuasi harga merupakan cara trader menghasilkan uang.
Analis senior Etoro, Mati Greenspan memberikan catatan “Volatilitas merupakan salah satu kualitas paling atraktif dari mata uang kripto dari sudut pandang seorang aset manajer. Sama halnya dengan saya dalam portofolio saya memegang sekitar 3,5% atas pasar baru, saya yakin suatu hari dalam waktu dekat para manajer aset di dunia akan melakukan diversifikasi dengan mata uang digital”.
Bahkan pihak penentang paling kuat seperti manajer pendanaan ternama Mark Mobius ikut berkomentar bahwa bitcoin akan bertahan di masa depan dan ada keinginan kuat dari orang di dunia untuk dapat transfer uang dengan mudah dan rahasia.
Harga Bitcoin Naik Geser Emas Jadi Instrumen Investasi
Tidak kalah penting jika investor sekarang melihat bitcoin sebagai opsi yang lebih menarik ketimbang emas. Komoditas emas merupakan instrumen tradisional banyak orang untuk memarkirkan uang mereka ketika kondisi politik dan pasar global menjadi kacau.
Seorang trader bitcoin mengatakan “sangat ironi bahwa aset beresiko tinggi berubah menjadi “penyelamat” namun aset digital memiliki kualitas yang sama dengan emas”.
Ketika pertama dibentuk, bitcoin memang menggunakan model emas dan karenanya pasokan terbatas, dapat dipecah dalam ukuran kecil dan sulit ditambang.
Baca: Apa Kegunaan Bitcoin?
Swanepoel menjelaskan:”seperti emas, manusia telah meletakan nilai dalam kualitas penyimpanannya. Akhirnya emas tidak berguna dan sulit dipindahkan, dimana bircoin dapat digunakan untuk alat pembayaran”.
Kekhawatiran Harga Bitcoin Naik
Meskipun hingar bingar bitcoin itu, banyak yang masih punya kekhawatiran besar. Mereka menyatakan jika mata uang digital masih dipenuhi wabah penipuan, pencurian dan masalah regulasi.
Kasus tingkat tinggi terbaru yang melibatkan Jaksa Penuntut Umum New York menuduh Bitfinex, salah satu tempat penukaran bitcoin terbesar, menyembunyikan $850juta bitcoin nasabah yang menghilang.
Baca: Cara Mendapatkan Rp500 Ribu per Minggu Berjualan Bitcoin
Di Eropa, Interpol mencari tersangka atas nama otoritas Austria. Mereka menyelidiki dugaan penipuan bitcoin yang merugikan 10.000 investor di negara itu.
Minggu terakhir Mei 2019, Financial Conduct Authority memberi peringatan akan hilangnya £27 juta dalam bentuk penipuan bitcoin dengan rata rata korban kehilangan £15,000.
Kondisi itu dan kejadian lainnya sudah seharusnya menjadi tanda kewaspadaan untuk investor setelah pecahnya “gelembung” harga bitcoin tahun 2018.
Baca: Bagaimana Cara Mendapatkan Bitcoin
Bitcoin memang menjadi primadona terkini di pasar trading. Namun apakah bitcoin dapat dipercaya atau tidak masih menjadi perdebagan hangat.