Beberapa film Jepang telah menghadapi larangan tayang atau batasan distribusi atas alasan tertentu, termasuk kontroversi moral, ketidaksetujuan dari pihak berwenang, atau tindakan sensor. Namun, penting untuk dicatat bahwa status larangan atau batasan dapat berubah seiring waktu, dan informasi ini mungkin tidak selalu akurat. Di bawah ini adalah beberapa contoh film Jepang yang pada suatu waktu menghadapi masalah distribusi atau larangan:
- “In the Realm of the Senses” (Ai no Corrida, 1976): Film kontroversial ini, yang disutradarai oleh Nagisa Oshima, menghadapi larangan di beberapa negara karena kontennya yang seksual eksplisit.
- “Guinea Pig” Series (1980s): Seri film “Guinea Pig” yang terkenal karena kekerasan grafis dan efek spesial yang realistis menyebabkan kontroversi. Pada satu titik, ada rumor bahwa film ini dianggap sebagai bukti nyata pembunuhan, meskipun hal tersebut tidak benar.
- “Battle Royale” (2000): Meskipun film ini sukses secara komersial, beberapa negara memutuskan untuk melarang atau membatasi tayangnya karena kontennya yang kontroversial, seperti kisah tentang kelompok remaja yang dipaksa untuk bertempur hingga mati.
- “Ichi the Killer” (2001): Film ini, yang disutradarai oleh Takashi Miike, mengandung adegan kekerasan yang sangat eksplisit, dan beberapa negara menerapkan pembatasan atau larangan pada tayangannya.
- “Grotesque” (2009): Film horor Jepang ini menciptakan kontroversi karena kekerasan dan elemen sadisme yang kuat. Beberapa negara melarang atau membatasi tayangannya.
Penting untuk dicatat bahwa kebijakan sensor dan regulasi dapat bervariasi di berbagai negara, dan seiring waktu, film yang sebelumnya dianggap kontroversial atau dilarang bisa mendapatkan izin tayang atau revisi. Jadi, informasi ini dapat berubah seiring berjalannya waktu.