Anda perhatikan jika ada fluktuasi nilai tukar uang akhir-akhir ini? Kira-kira apa sih dampak fluktuasi nilai tukar uang pada bisnis? Nah, ulasan ini mencoba untuk memberikan pemahaman pembaca akan salah satu aspek keuangan dan bisnis ini. Yuk simak bersama.
Nilai tukar uang asing memiliki peran penting untuk badan usaha yang bergerak di sektor ekspor barang dan impor bahan baku. Pada prinsipnya akan terjadi hubungan sebab akibat seperti ini:
- Sebuah depresiasi (devaluasi) akan membuat ekspor semakin murah dan perusahaan eksportir mendapat keuntungan
- Namun demikian, perusahaan importir bahan baku akan menderita kenaikan biaya impor
- Apresiasi harga akan membuat ekspor semakin mahal dan menurunkan daya saing perusahaan eksportir
- Namun demikian, setidaknya bahan baku (seperti minyak) akan semakin murah mengikuti terjadinya apresiasi.
Dampak Apresiasi Pada Nilai Tukar Uang
Jika ada depresiasi pada nilai Rupiah, itu akan membuat ekspor Indonesia semakin murah, dan membuat impor Indonesia semakin mahal.
Meningkatkan margin keuntungan atau mengurangi harga luar negeri?
Perusahaan Indonesia akan memiliki pilihan, menurunkan harga produk di luar negeri misalkan dari Rp 8.000,- menjadi Rp 5.000. Aksi itu akan membawa kenaikan jumlah penjualan dan meningkatkan ekspor Indonesia.
Alternatifnya, perusahaan dapat menjaga harga di Rp 8.000,- dan mendapatkan marjin keuntungan lebih besar. Itu merupakan pilihan baik untuk eksportir memiliki – penurunan harga produk ekspor di luar negeri dan menjual lebih banyak atau menjaga harga tetap sama dan mendapat keuntungan lebih besar.
Dampak pada Importir Bahan Baku
Efek buruk dari depresiasi adalah perusahaan Indonesia yang mengimpor bahan baku akan menderita kenaikan harga beli bahan baku. Jika produsen mobil di Indonesia membeli mesin dari Jerman untuk membuat mobil, maka produsen mobil Indonesia harus membayar lebih mahal untuk membeli mesin mobil. Ini akan mengurangi marjin keuntungan produsen.
Dampak pada Insentif
Dalam jangka panjang, dapat diperdebatkan jika depresiasi mungkin saja menurunkan insentif untuk ekspor untuk memotong biaya. Depresiasi memungkinkan kenaikan “mudah” pada marjin keuntungan. Hasilnya, mungkin ada lebih sedikit insentif untuk memotong biaya dan meningkatkan produktivitas. Jika perusahaan menghadapi apresiasi, maka perusahaan akan menghadapi insentif lebih besar untuk memotong biaya.
Baca: Alasan Negara Melakukan Ekspor dan Impor
Dampak Apresiasi pada Sektor Bisnis
Jika terjadi apresiasi pada nilai Rupiah maka akan terjadi:
- Ekspor semakin mahal biayanya. Ini akan menyebabkan terjadinya penurunan permintaan ekspor Indonesia atau perusahaan harus mengurangi marjin keuntungannya.
- Impor akan semakin murah. Biaya impor bahan baku akan semakin murah.
Evaluasi Dampak Fluktuasi Nilai Tukar Uang Pada Bisnis
Dampak fluktuasi nilai tukar pada bisnis bergantung pada beberapa faktor.
Elastisitas Permintaan. Jika terjadi depresiasi pada nilai Rupiah, dampaknya bergantung pada elastisitas permintaan. Jika perusahaan Indonesia menjual produk dengan harga tidak elastis, maka penurunan pada harga produk ekspor perusahaan itu hanya akan mengalami sedikit kenaikan. Jika harga produk ekspor sensitif, maka aka nada presentasi lebih besar pada permintaannya. Fakta menyarankan bahwa produk Indonesia cenderung tidak elastis harganya di luar negeri dan setelah depresiasi, ada sedikit kenaikan pada permintaannya.
Pertumbuhan Ekonomi Negara Lain. Seandainya terjadi depresiasi signifikan pada nilai Rupiah namun ekonomi global mengalami resesi, maka permintaan ekspor Indonesia akan tetap lemah meskipun harganya sudah murah.
Bergantung Prosentase Bahan Baku yang Diimpor. Jika perusahaan Indonesia mengimpor bahan baku dan menjualnya di pasar domestik, perusahaan mungkin akan kalah dari depresiasi. Jika perusahaan Indonesia impor bahan baku dalam jumlah kecil dan menjualnya ke negara lain, maka perusahaan akan mendapat keuntungan dari depresiasi.
Bergantung pada Sebab Apresiasi/Depresiasi. Jika terjadi apresiasi pada Rupiah karena produktivitas tenaga kerja Indonesia meningkat, maka perusahaan akan mampu menyerap Rupiah yang menguat. Namun demikian, jika Rupiah menguat karena spekulasi atau melemahnya ekonomi negara lain, maka perusahaan sangat mungkin menurun daya saingnya karena kenaikan nilai Rupiah tidak berhubungan dengan kenaikan produktivitas dan daya saing.
Baca: 9 Cara Bermain Valuta Asing untuk Pemula
Inflasi. Satu kemungkinan masalah depresiasi adalah menyebabkan inflasi. Jika memang inflasi adalah hasilnya, maka perusahaan dapat menghadapi biaya seperti ketidakjelasan yang lebih luas.
Kontrak Tetap. Banyak perusahaan menggunakan kontrak tetap untuk mengimpor bahan baku. Ini berarti fluktuasi sementara pada nilai tukar hanya berdampak sedikit. Harga produk impor sudah disepakati tetap selama 12 sampai 18 bulan ke depan. Eksportir mungkin menggunakan pilihan masa depan untuk menjamin perubahan dramatis pada nilai tukar. Kontrak tetap ini membantu menurunkan ketidakjelasan pada pergerakan nilai tukar dan berarti aka nada ruang besar antara perubahan nilai tukar dan perubahan biaya untuk bisnis.