Populasi Terbesar
Tugas untuk memberi makan populasi besar itu belum dipenuhi pemerintah, melalui kegiatan bakti sosial atau oleh investor agrikultur asing. Ini merupakan tugas banyak penduduk lokal Bangladesh dengan tujuan mencari uang. Penelitian Belton menunjukan jika jumlah dealer ikan konsumsi di wilayah utama meningkat lebih dari dua kali lipat antara 2004 dan 2014. Sama halnya dengan lumbung ikan dan penetasan ikan. Belton menemukan tren serupa di Myanmar, dimana peternakan ikan selalu lebih besar ketimbang di India dan Bangladesh.
Tren ikan ini tidak hanya merubah tekstur lahan dalam skala besar sekitaran Dhaka, namun juga kehidupan banyak orang.
Kehidupan air membutuhkan dua kali lebih banyak tenaga kerja per meter persegi ketimbang bertani padi, dan permintaannya sepanjang tahun. Banyak pekerja yang sebelumnya dibayar harian sekarang dibayar bulanan. Kelaparan musiman, yang merupakan bagian kehidupan di beberapa wilayah pertanian padi Bangladesh, jarang ditemui di wilayah tambak. Penduduk sekitar tambak memakan lebih banyak protein.
Mohammad Shafiqul Islam, seorang dealer pangan, melihat keuntungan lainnya. Karena makanan sekarang murah di kota-kota, pekerja migrant mampu mengirim uang lebih banyak ke keluarga mereka di desa.
Turunnya harga-harga yang disukai konsumen membuat hidup makin sulit bagi produsen. Tahun lalu bahkan dampaknya sangat buruk, sebagian penyebabnya adalah banjir di wilayah utara Bangladesh, yang menaikan harga beras dan membuat konsumen kehabisan uang untuk membeli ikan.
Gambar: The Daily Star
Khamar menambahkan jika dia telah menjual patin antara 65 taka ($0.78) dan 80 taka per kilogram. Masalah utama dirinya adalah pasar sekarang ini dalam keadaan kelebihan pasokan. Dampaknya, dia merupakan korban dari kisah kesuksesan rekan peternaknya. Masalah itu tidak khusus untuk sektor perikanan maupun Bangladesh.
Kisah lain datang dari Afrika. Sekitar dua jam perjalanan darat ke utara dari ibu kota Nigeria, Lagos, merupakan sebuah bisnis bernama Peternakan AOD . Bisnis itu telah dimulai tahun 2009 sebagai produsen telur dengan 1500 ayam petelur. Namun penduduk Ogere, kota kecil tempat AOD berada, mengeluhkan bau yang ditimbulkan. Akibatnya, AOD pindah ke pinggiran dan mulai beternak ayam untuk daging yang disebut broiler. AOD sekarang memiliki 10ribu unggas setiap saat. Saat menyambut natal AOD menambahkan ternak kalkun untuk memenuhi kebutuhan konsumen.