Melebarnya defisit karena naiknya volume impor dan harga komoditas impor. Komoditas migas naik meningkat harga impornya dan harga bahan bakar minyak dalam negeri dipertahankan.
Periode semester kedua 2018 masalah perdagangan ini akan konstan menjadi penghambat.
Besaran defisit perdagangan periode semester I tahun 2018 memiliki peran negatif untuk pertumbuhan ekonomi senilai 1,17% semula 0,7% pada semester yang sama tahun 2017.
Pemerintah sudah melakukan upaya menekan impor dengan pembatasan impor sehingga diharapkan akan mengurangi nilai defisit perdagangan. Ada kecenderungan impor turun senilai US 2 milyar setelah Idul Fitri dan defisit pendapatan sektor primer akan menurun setelah periode pembayaran dividen.
Pengurangan impor barang modal untuk proyek infrastruktur juga akan terkena imbas. Sekalipun dampaknya cukup terbatas karena porsinya sekitar 13,6% dari keseluruhan impor.
Dengan demikian, pergerakan impor diprediksi dapat ditekan di bawah tingkatan semester I tahun 2018. Namun diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan angka periode yang sama tahun 2017.
Baca: Apakah Nilai Mata Uang Mengindikasikan Kekuatan Suatu Negara?
Riset Mandiri Group juga menyesuaikan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 dan 2019 masing-masing 5,16% dan 5,19% dari sebelumnya sebesar 5,3% dan 5,5%.