Untuk mereka yang merasakan dampak persaingan internasional akan menentang perdagangan internasional. Tidak lama setelah ekonom seperti Adam Smith dan David Ricardo mendirikan dasar perdagangan bebas, sejarawan Inggris Thomas B Macaulay mengamati permasalahan praktis yang dihadapi pemerintah saat menerapkan konsep “perdagangan bebas”. Sampai sekarang perdebatan ini masih saja terjadi.
Baca: Kamus Istilah Ekspor Impor
Alasan Suatu Negara Melakukan Ekspor dan Impor
David Ricardo mengamati jika perdagangan didoring oleh komparatif ketimbang biaya absolute (untuk memproduksi barang). Satu negara mungkin lebih produktif ketimbang negara lain memproduksi hampir semua barang, dalam nuansa, negara itu mampu memproduksi dengan bahan baku lebih minim (seperti modal uang dan tenaga kerja) ketimbang modal negara lain untuk memproduksi barang yang sama.
Pandangan David Ricardo adalah bahwa negara seperti itu akan mampu mendapat keuntungan dari perdagangan menurut keuntungan komparatif, melakukan ekspor atas produk yang keuntungan absolutnya paling besar dan melakukan impor atas produk yang keuntungan absolutnya paling minim.
Baca: Apa itu Inflasi
Sekalipun sebuah negara A mungkin dua kali lebih produktif dalam memproduksi pakaian dibanding negara B (mitranya), jika negara Ajuga tiga kali lebih produktif memproduksi besi baja, atau pesawat, akan lebih menguntungkan bagi negara A untuk mengekspor besi baja dan pesawat kemudian mengimpor pakaian dari negara B. Negara B akan mendapat akses untuk ekspor pakaian yang memiliki unsure komparatif namun bukan absolute.
Baca: Cara Bedakan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Pandangan akan keuntungan komparatif juga berlaku untuk barang non fisik seperti produk jasa keuangan. Karena keuntungan komparatif inilah perdagangan meningkatkan standar hidup di kedua negara.
Douglas Irwin menyebut keuntungan komparatif sebagai “kabar baik” dari pembangunan ekonomi. Sekalipun jika negara berkembang tidak memiliki keuntungan absolut, akan selalu ada keuntungan komparatif dalam memproduksi beberapa barang. Tentunya dengan demikian, akan memiliki keuntungan melalui perdagangan internasional.
Perbedaan dalam keuntungan komparatif bisa meningkat untuk beberapa alasan.
Pada awal abad ke-20, ekonom Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin mengidentifikasi peran tenaga kerja dan modal (faktor sumbangan) sebagai penentu keuntungan tersebut. Pandangan Heckscher – Ohlin itu meyakini jika suatu negara cenderung akan melakukan ekspor barang jika produksinya mengintensifkan penggunaan banyak faktor produksi. Negara yang kaya akan modal (pabrik dan mesin pabrik) melakukan ekspor produk intensif-permodalan.
Negara yang kaya di tenaga kerja akan melakukan ekspor produk intensif-tenaga kerja. Ekonom saat ini berpikir jika sekalipun faktor sumbangan ini penting, ada pengaruh lain pada pola perdagangan.