#3 Malang
Untuk kawasan Jawa di bagian Timur, kota Malang menjadi salah satu pilihan sebagai tempat tinggal. Udara sejuk, tata kota baik, fasilitas mumpuni, biaya hidup tidak mahal, banyak hiburan merupakan daya tarik kota Malang untuk banyak orang. Sebagai kota tempat merantau menjanjikan, Malang memiliki industri sangat pesat. Permulaan pertumbuhan industri Malang dimulai sejak pemberlakuan peraturan agrarian dan peraturan gula di tahun 1870. Tanah di Malang terbilang subur sehingga menarik minat pengusaha kopi, teh, karet, dan tebu.
Baca: Restoran Halal di Roma Italia
Area perkebunan yang luas didukung siatuasi geografisnya membuat kota Malang menjadi pusat usaha agraris dan menumbuhkan perdagangan. Perkembangan ini yang selanjutnya menjadi perhatian banyak orang untuk datang dan menetap di Malang.
Sinyal makmurnya perkembangan ekonomi kota Malang yaitu pabrik gula dan rokok. Setidaknya ada dua pabrik gula yakni Kebon Agung dan Krebet dan dua pabrik rokok yakni Faroka dan Bentoel.
Baca: Masjid di Paris Rekomendasi Traveller Muslim
Jika sedikit menilik sejarah, kota Malang terpilih oleh pemerintah penjajah Belanda sebagai kota Militer. Presiden pertama Indonesia pun sempat terpikir memilih Malang sebagai ibukota Negara Indonesia. Syarat yang dipenuhi kota Malang untuk menjadi ibukota kala itu adalah syarat metereologis, teknis, sosiologis, geopolitics, historis, dan tentu ekonomi.
Kini kota Malang menjadi tujuan baik untuk berlibur ataupun sekolah.
Kota Malang memiliki 3000 lebih potensi ekonomi kreatif dengan sektor yang menonjol adalah bidang video animasi, kuliner, apliasi, game dan desain komunikasi visual.
Raihan investasi kota Malang mencapai Rp 6 triliun tahun 2016 yang komposisinya sama rata untuk investasi asing maupun dalam negeri. Beberapa investasi asing di Malang antara lain PT Otsuka Indonesia dan PT Beiesdorf Indonesia.
Baca: Berapa Biaya Hidup di Malang?
Untuk investasi lokal antara lain PT Rajawali Nusantara Indonesia dan PT Bentoel Prima TBK. Pemerintahan kota Malang memiliki rencana lima tahun kedepan untuk mengembangkan aspek pariwisata. Nah, untuk Anda yang suka refreshing, kota Malang bisa jadi cocok untuk tujuan merantau.
Baca: Cara Dapat Uang dari Android Selain Whaff
#4 Yogyakarta
Tahun 2011 kota Yogyakarta sempat menjadi kota ternyaman di Indonesia versi IAP. Kemudian tahun 2014 merosot ke pringkat 4 bukan karena kualitas menurun namun karena kota-kota lain juga berbenah meningkatkan kenyamanan kota masing-masing.
Kota ini menjadi salah satu favorit turis asing karena keindahan mulai dari pantai, adat istiadat jawa, pemandangan Gunung Merapi baik pagi ataupun sore dan kriminalitas rendah. Yogyakarta merupakan contoh sebuah desa-kota di Pulau Jawa. Kota ini merupakan kota yang dipenuhi kesenian masa kini sekaligus salah satu pusat kebudayaan di negara-negara Asia Tenggara.
Baca: Rekomendasi Masjid di Roma dari Traveller Muslim Dunia
Jika dibandingkan dengan Berlin, New York dan Paris, maka Yogyakarta lebih sedikit penduduknya dan luasnya juga lebih kecil. Meski begitu, kota Yogya lebih sukses dalam soal kesenian dibandingkan kota besar dunia lainnya.
Suasanya akademis dan budaya sangat kuat di Yogyakartka yang merupakan salah satu daerah istimewa di nusantara. Dalam hal pembangunan, perkembangan di Yogyakarta kurang lebih sama dengan pembangunan di kota besar lain di Pulau Jawa, Sumatera maupun Bali.
Baca: Cara Transit di Doha International Airport
Bahkan dalam konteks pembangunan perumahan baru, Yogyakarta mengundang rasa penasaran tinggi untuk kalangan peneliti dan arsitek. Hal ini terlihat dari transformasi besar Yogyakarta yang terlihat tanpa rencana.
Kondisi itu mungkin akan membuat Yogyakarta sedikit berantakan namun menjadi daya tarik tambahan, yaitu keindahan, hijau, berkelanjutan sosial dan mudah didatangi. Kini Yogyakarta sedang tumbuh untuk menjaga karakter hijaunya ditengah kemajuan pesat urbanisasi.
Untuk urusan investasi setidaknya ada 6 negara yang sudah melakukan aktivitasnya seperti Singapura, Malaysia, Belgia, Korea Selatan, Australia dan Amerika Serikat.
Nilai investasinya pun cukup signifikan masing-masing US$71 juta (Amerika Serikat), US$ 38 juta (Singapura), Rp 586 milyar (Malaysia), US$ 6 juta dan Rp 57 milyar (Korea Selatan), US$ 63 juta dan Rp 250 milyar (Belgia), dan terakhir US$ 3 juta dan Rp 350 milyar (Australia). Investasi Amerika Serikat mengarah ke pabrik lampu bernama Sibalek. Untuk negara lain masing-masing memilih sektor tekstil, rambut palsu, dan kerajinan kayu.
Baca: Berapa Biaya Hidup di Yogyakarta?
Untuk Anda yang suka wisata, belajar dan bekerja, Yogyakarta sepertinya cocok masuk pilihan kota tempat merantau yang menjanjikan di Indonesia.